Mencari Cara Turun yang Pas


Sejarah pemerintahan di Indonesia memberikan kita sketsa rumit mengenai cara untuk naik dan cara untuk turun . Kesulitan yang di alami untuk naik menjabat menjadi presiden di imbangi dengan kesulitan yang tidak kalah besar untuk turun dari jabatan sebagai presiden . Proses turunnya presiden di Indonesia selalu di warnai oleh berbagai kasus atau skandal yang menimpa presiden tersebut . Sehingga proses turunnya pun tidak hanya menjadi suatu bentuk yang sulit . Tapi sering menjadi menyakitkan bagi presiden yang bersangkutan . Proses ini agaknya di pengaruhi oleh cara-cara keliru yang secara tidak langsung di terapkan pada dirinya sendiri . Ada yang ingin berkuasa dua kali , sok merasa di kehendaki oleh rakyat , hingga yang paling ekstrim , yaitu ingin berkuasa seumur hidup .


Hikmah dari proses turun yang secara tidak lazim ini akan mengakibatkan hilangnya segala kebaikan yang telah di perbuat semasa beliau menjabat . Tidak peduli seberapa besar pengorbanannya , seberapa kuat kharismanya , segagah dan seberapa banyak bintang jasa yang telah beliau kumpulkan , ketika tidak turun dengan proses yang tidak bisa dikatakan membanggakan , maka semua hasil selama beliau menjabat akan dipandang menjadi suatu kesalahan . Dan dampaknya akan terasa pada setiap sendi di Indonesia . Tidak hanya suhu politik yang memanas , bahkan sektor ekonomi pun akan melemah . Maka efeknya akan mengakibatkan rakyat menjadi temperamental . Pendukung mantan presiden menganggap bahwa keadaan yang lebih baik ada ketika presiden pilihannya menjabat . Sedangkan para penentang akan berkata yang sebaliknya . Kelanjutannya , bentrokan antara pendukung dengan penentang menjadi hal yang tidak terelakkan . Adu kata , adu opini , adu argumentasi , hingga adu bacok menjadi hal yang lumrah dalam setiap proses penurunan presiden di negara kita .

Agaknya presiden yang turun dengan senyum bahagia menjadi suatu hal yang di inginkan oleh setiap presiden di negara ini . Sehingga bukan suatu hal yang mengherankan jika alm. Pak Harto sering berkata bahwa mandheg pandhita ratu adalah hal yang sangat beliau impikan . Namun apa daya , seiring dengan bergulirnya waktu , beliau tidak mendapatkan apa yang beliau inginkan dikarenakan kesalahan yang beliau buat sendiri . Dan justru dalam hal ini kita bisa banyak belajar dari negara tetangga kita , Singapura . Lee Kwan Yew yang dua tahun lebih muda dibanding Pak Harto lengser keprabon pada 1990 setelah menjabat sejak 1965. Setelah kursi perdana menteri ditempati Goh Chok Tong, Lee didudukkan di kursi goyang sebagai menteri Kanan di jajaran kementerian Goh. Sekarang, setelah Goh Chok Tong pensiun dan jabatan perdana menteri ditempati Lee Hsien Loong, Goh pun didudukkan sebagai menteri kanan. Dan Lee, madheg pandhita ratu menjadi menteri Mentor. Dalam usianya yang telah sepuh namun pemikirannya tetap prima, ditunjuk sebagai menteri Kanan maupun menteri Mentor Singapura adalah sebuah ritual "memanusiakan" yang tidak hanya bermakna mikul dhuwur (menjunjung tinggi) tapi juga menghibur senior.

Mikul dhuwur yang berasal dari peribahasa bahasa Jawa "Mikul Dhuwur Mendhem Njero" mempunyai arti menjunjung tinggi atau memberikan penghormatan , menjadi suatu peribahasa yang cukup langka untuk di terapkan di Indonesia . Singapura , yang notabene memiliki sejarah kepemimpinan yang lebih pendek daripada Indonesia , telah lebih dulu mengaplikasikan frase ini . Mereka memberikan penghormatan yang sepantasnya bagi pimpinan pendahulu mereka . Tentu saja , pimpinan mereka pun tahu diri dengan tidak melakukan kesalahan yang mencoreng semua kerja keras yang telah di lakukan dan memberikan kerja yang maksimal dalam setiap usahanya .

Jika kita melihat melalui kacamata Islam (agama yang di peluk oleh mayoritas rakyat negara Indonesia) , para rasul memberikan contoh yang pantas kita jadikan pelajaran . Dalam setiap masa , rasul - rasul yang di utus belum tentu berhasil dalam mendakwahkan Islam . Namun hal ini tidak menjadikan rasul setelah mereka merasa lebih hebat ketika berhasil mendapatkan jumlah pengikut yang lebih banyak . Penghormatan tetap di berikan atas usaha yang telah di lakukan . Bukan kepada hasil yang di dapatkan .

Kembali ke pemerintahan Indonesia , ketika setiap calon presiden yang kemudian terpilih menjabat sebagai presiden menggunakan peribahasa "Mikul Dhuwur Mendem Njero" , maka bukan tidak mungkin perselisihan antar generasi akan berakhir . Karena setiap pihak legowo atas apa yang telah terjadi . Sehingga kesalahan yang di lakukan oleh presiden sebelumnya menjadikan pelajaran yang tidak untuk di ulangi , namun penghormatan tetap di berikan dengan sepantasnya .

Bagaimana dengan pemerintahan SBY ? Akankah bisa turun dengan 'manis' ? Kita tunggu saja . Semoga ketika turun nanti tidak meninggalkan skandal yang mengakibatkan presiden setelahnya susah untuk 'mikul nduwur' .

====

[+] tulisan menjelang pemilu . ide tulisan ini di dapat dari tulisan Mas Leak Koestiya di indopos.co.id .


14 comments:

  1. Anonymous said...:

    cihuuy... PERTAMAX... :)
    moga aja pak SBY bisa landing dengan selamat,,, etos kerja beliau juga bagus dan pantas untuk dibanggakan... presiden manapun akan merasa berat memikul beban bangsa Indonesia yang lagi terpuruk belakangan ini... :mrgreen:

  1. abinehanafi said...:

    wah.... analogy terlalu jauh mas kalo mmbandingkan para rasul dg para R1. Bagaimanapun cara naik dan turuny tdk masalah, masalahy adalah apakah yg mrk perjuangkan sdh bnar, iya toh...?

  1. Anonymous said...:

    @ #1 : lebih enak premium mas . udh turun harganya . :D

    hehe . klo menilai etos kerja dan hasil , susah objektif . dan klo bahas ini , entah positip entah negatip pasti saya kena negatipnya . :)

    @ #2 : iya ustadz . saya cari analogy yang sempurna kq g nemu ya ? klo jaman para sahabat masih ada pertikaian untuk perebutan kekuasaan (di luar khulafaur rasyidin) . jadi yang terpikir ya masa para rasul .

    yups , , apa mungkin para presiden itu salah memperjuangkan jadi akibatnya kayak gitu ya ? hehe . opini pribadi nih . :)

  1. Anonymous said...:

    hmm,,

    cara turun yg pas ntu sih,,

    moga2 pak sby pake tangga ajah,,jangan lompat kaya gw,,hhe,,

    apa sih komen gw nih,,ga jelas amat,,

  1. Anonymous said...:

    Kaya gak tahu aja...
    DI Indonesia tuh...kalo keluarganay presiden belum kenyang semua...ya presidennnya mana mau turun. He he....
    Kalo diturunkan sih sering :D

  1. Anonymous said...:

    Kayaknya tangga buat turunnya belum dibuat, nggak usah turunlah untuk lima tahun kedepan selanjutnya... hehehe the best SBY

  1. Anonymous said...:

    tangga'na lagi nyanyi oh teganya,, di cibubur.. *loh kalo ituh kan grup music*.. lam kenal yah,,,

  1. Anonymous said...:

    iye setujux bangeut.. mungkin kita terpengaruh atas pemerintahan kerajaan tempoe doeloe

  1. .:shev:. said...:

    @ kahfi : yah , , semoga g kepeleset deh walo pke tangga . :D

    @ yenni : salah satu kekurangan yang di miliki Indonesia , pemimpin yang kurang mengerti keadaan rakyatnya .

    @ bayu : sudah di buat kok mas . bahkan ada yang rela ngebuatin tangganya segala . tp masalah bakal di pake atau enggak , tergantung kita juga . bagaimana pilihan kita .

    @ fandi88 : eh , , emang ada tangga bisa nyanyi ya ? mau donk . buat keponakan saya yang baru diem kalo di laguin . :)

    @ jaloe : yups . bakat feodalistik kayaknya sudah di idap oleh pemimpin negeri ini . tp saya tetap setia menunggu yang berbeda . yang bisa membawa perubahan .

    eniwei , , makasih atas kunjungannya . :D

  1. fauzi said...:

    wah lama tidak berkunjung nich.. sekarang membahas tentang politik rupanya:D

  1. 642-825 said...:

    DI Indonesia tuh.kalo keluarganay presiden belum kenyang semua

  1. Cat furniture said...:

    Japan has a money society. We live in a north america society. North America society... Go and live in Somalia.

  1. turun dari pemerintahan harus dgn baek2.

Post a Comment

It is my pleasure to get your best respond through your comment

Quotes of the Day

Recent Comments

Followers

Shev's bookshelf: read

OutliersKetika Cinta Bertasbih5 cmLaskar PelangiSang PemimpiEdensor

More of Shev's books »
Shev Save's  book recommendations, reviews, favorite quotes, book clubs, book trivia, book lists