Katarsis III : Pengingat

Hari ini 20 tahun yang lalu,
Seorang bayi tidak bisa berbuat apa-apa,
Tidak membawa apa-apa,
Dan nanti akan kembali tidak membawa apa-apa,
Tanpa bisa berbuat apa-apa.

Diantara rentang waktu yang telah terlewati,
Banyak hal yang terjadi,
Bagaimanapun pahitnya,
Bagaimanapun manisnya,
Semua hanya bertujuan agar bisa membawa 'sesuatu' ketika kembali kepadaNya.

Apa yang telah diperoleh tidak pantas berbuah kesombongan,
Apa yang terlewatkan tidak pantas untuk disesalkan,
Semua hanyalah ujian,
Apakah kamu akan menjadi seorang insan dengan makna,
Atau hanya berakhir menjadi seonggok nisan tak berguna.

Barakallah fi umruka.

Hanya sebuah pengingat dari seorang ayah yang saya hormati ibu yang amat saya sayangi yang disampaikan beberapa saat yang lalu. Beribu-ribu ucapan terima kasih tak akan bisa mengganti jasa mereka. I'm gonna make you proud of me, and I could. Love so much, abi wa umi.

Labels: ,

Hebatnya Akademi Khan, Keblingernya Kemenkominfo

Bukalah: www.khanacademy.org, Anda akan menyimak di sebuah kiri sebuah logo sosok sebelah jari tangan abu-abu dan 21 helai daun hijau mengitari. Di sampingnya tulisan Khan Academy. Inilah situs internet diprakarsai Salman Khan, memuat semua materi pelajaran berbentuk visual, memanfaatkan youtube.com. Setiap hari kini setidaknya 50 ribu murid sejagad belajar materi ajar “mahaguru” online, termasuk anak-anak SD negeri Cina. Ini semua dilakukan gratis sosok muda Salman Khan. Bandingkan dengan laku Kemenkominfo ingin menenderkan pinjaman lunak JICA senilai Rp 38 miliar untuk membuat materi ajar online khusus untuk daerah Jogjakarta tok? Komunitas open source di Bandung seperti Crayonpedia.org, sudah lebih dulu memulai. Gratis pula. Uang Rp 38 miliar pinjaman lunak JICA bisa dialihkan mendukung pengembangan konten dan aplikasi Indonesia go global, jika cerdas, tentu!.

JAKARTA masih bersuasana lebaran. Rabu pagi , 15 September 2010, saya hendak menyalakan komputer desktop tua. Seorang kenalan bergerak di dunia programing menyapa.

“Apakah Anda sudah pernah membuka Khan Academy?”

Saya jawab belum.

Melalui komputer i-pad-nya, saya diperlihatkan khanacademy.org.

Amboiii! Betapa telatnya saya baru tahu hal luar biasa telah dilakukan sosok Salman Kahn.

Ya, namanya Salman Khan!

Ia mendirikan Akademi Khan bertujuan menggunakan teknologi informasi bagi mendidik dunia.

Peraih gelar MBA dari Harvard Business School, meraih Master di bidang teknik listrik dan ilmu komputer, gelar BS (Bachelor of Science) di bidang teknik listrik dan ilmu komputer, dan gelar BS dalam matematika dari Institut Teknologi Massachusetts Intitute of Technology (MIT), Amerika Serikat (AS), itu seharusnya gamblang saja mendapatkan kerja di perusahaan papan atas AS.

Tetapi ia lebih memilih memanfaatkan www.youtube.com untuk menayangkan materi pelajaran. Kini jumlah video pelajaran telah digarapnya tak kepalang tanggung. Sudah lebih 18 ribu video. Saktinya, semua dikerjakannya sendiri, mulai dari menyusun materi, memvideokan, menjadi guru sekaligus. .

Kini dalam sehari tak kurang dari 50 ribu muridnya mengkases khanacademy.org, termasuk anak-anak SD dari negeri tirai bambu, Cina,mengikuti pelajarannya secara online.

Sosok bocah dari Korea menuliskan komentarnya:

“I’m from Korea, a small country and I’m eleven. Your lecture is so famous so we could know your skill! I’m loving this alot~ :), ” him204@naver.com, yang diposting lima hari lalu, di mata pelajaran video aljabar.

Dalam tutorial online-nya, Khan menyajikan berbagai materi pelajaran memudahkan pelajar memahami. Di antara pelajaran itu; matematika, kimia, biologi, sejarah, probabilitas, trigonometri, permainan asah otak, aljabar, ekonomi, perbankan dan uang, keuangan, geometri, statistik, kalkulus, fisika, persamaan diferensial. Tentu masih banyak lainnya.

Ada pula komentar orang tua murid, “Saya tidak tahu siapa Anda. Tapi dalam pikiran saya, Anda adalah penyelamat. Anak-anak saya benar-benar bersemangat dengan matematikanya. Terima kasih.”

Pria kelahiran New Orleans, Louisiana, AS, dengan orang tua imigran India dan Bangladesh, ini hanyalah mengawali Khan Academy untuk membantu keponakannya belajar matematika dengan menggunakan Yahoo! notepad pada tahun 2004. Lalu berkembang hingga seperti hari ini. Kini di bagian kanan situs internetnya, Salman Khan sudah berani menarok ikon donasi, dapat diklik bagi pengunjung yang mau menyumbang bagi upaya mulia itu.

Ketika orang lain melamar pekerjaan menjadi guru, Khan memilih menjadi guru praktis mendistribusikan tutorial di YouTube.

Hingga kini Salman Khan telah menerima 2009 Tech Award untuk Pendidikan. Tech Award merupakan program penghargaan internasional menghormati inovator dari seluruh dunia menerapkan teknologi bagi manfaat kemanusiaan.

Pada Desember 2009, Khan YouTube-host tutorial dilihat oleh 35.000 orang per hari. Setiap video Khan rata-rata berdurasi sepuluh menit. Hingga kini, versi offline video-video Khan telah didistribusikan secara gratis ke daerah-daerah pedesaan Asia, Amerika Latin, dan Afrika

SosokKhan, pernah tampil di jaringan teve CNN. Pada event Aspen Ideas 2010, sosok Bill Gates pendiri Microsoft, sengaja memaparkan keberhasilan prestasi Akademi Khan pada pada forum bergengi ajang bergengsi yang berlangusng pada Juli 2010 lalu di Kolorado, AS.. Upaya Salama Khan menjadi perbincangan hangat di forum itu.

Untuk skala nasional, khuisusnya lingkup komunitas open source di Bandung, pembuatan materi ajar baik sekadar dibaca, lengkap dengan audio visual itu sudah dimulai oleh www.crayonpedia.org. Melalui basis mesin wikipedia, para guru di seluruh tanah air dapat mengisi berkolaborasi materi ajar terbaik. Para murid di seluruh Indonesia dapat mengakses gratis.

Untuk upaya ini diperlukan energi melibatkan guru-guru berkenan mengisi konten.

Maka ketika di Kementerian Informasi dan Komunikasi saya dapatkan data ada rencana pengadaan materi ajar, hanya untuyk lingkup satu propinsi Jogjakarta. Saya lalu bertanya, mengapa bisa anggaran linjaman lunak dari JICA, harus mencapai Rp 38 miliar. Tak sampai separuh dana itu itu, seharusnay sudah mampu untuk melangkapi seluruh materi ajar tampil di crayonpedia. Misalnya.

ADALAH seorang kawan lainnya mengirim email kepada saya. Ia mengabarkan ada dugaan pemborosan anggaran negara berpeluang mengarah KKN terkait Pengadaan Materi Ajar (Paket 4) Yang Diselenggarakan Direktorat e-Government, Dirjen Aptel, Kemkominfo.

Ia memaparkan berdasarkan analisa Dokumen Pelelangan Umum, Pengadaan Jasa lainnya Untuk Pengadaan Materi Ajar (Paket 4) Yang Diselenggarakan Direktorat e-Government, Dirjen Aptel, Kemkominfo.

Judul Pelelangan : Pengadaan Materi Ajar Nama Proyek: Proyek Pemanfaatan TIK Untuk Peningkatan dan Pemerataan Mutu Pendidikan di DI Yogyakarta JICA Loan No. IP-542 Nilai Proyek : Rp 38 Milyar Dokumen Diterbitkan pada : 26 Agustus 2010, No : 01/PAN/PAKET-4/EGOV/8/2010

Perincian Sebenarnya Pelelangan:

1. Pengadaan Authoring Tools Sebanyak 130 Paket (110 Paket di Sekolah + 20 di IDC) di Yogyakarta dan 480 Paket di Kemkomifo, sehingga total menjadi 610 Paket

2. Pengadaan Mater Ajar Digital 9 Paket (Matematika Kelas 4, 5, 6, dan Matematika & IPA Kelas 7, 8, 9)

3. Pengadaan Materi Uji Digital 9 Paket (meliputi Materi Uji : Harian, Semesteran, Setara Ujian Nasional, Berstandar Internasional)

4. Implementasi ( Integrasi Materi Ajar & Uji ke dalam Sistem e-Learning (LMS/LCMS), Instalasi Authoring Tools di 110 Sekolah dan di IDC, Replikasi Sistem e-Learning (LMS/LCMS) ) di 110 Sekolah

5. Training Untuk 3 Kelas (1 Kelas 30 Orang) yi kelas : SD, SMP Matematika dan SMP IPA,

6. Dokumentasi Dalam Bentuk Hard & Soft Copy (Buku Panduan, Dok Pengembangan, dan Source Code)

7. Layanan Purna Jual (Hingga 31 Desember 2012)

Alasan pemborosan menurut kawan saya itu:

1. Diknas Sudah Membeli Hak Cipta 400 Buku Materi Ajar 400 (Informasi Terakhir Telah Mencapai 800 Buku Matei Ajar) Yang Pengadaanya Menelan Anggaran Rp 40 Milyar melalui Program/Proyek BSE (Buku Sekolahy Elektronik).

2. Apabila dibutuhkan Rp 40 Milyar untuk sekitar 400 Buku Materi Ajar, maka harga rata-rata pengadaan buku materi ajar adalah Rp 100 Juta per buku materi ajar. Sehingga biaya untuk pembuatan materi ajar seperti dalam proyek kominfo, untuk 9 materi ajar, seharusnya sekitar Rp 900 Juta. Bila diasumsikan biaya pembuatan materi uji adalah setara dengan biaya materi ajar, maka total biaya pengadaan materi ajar dan materi uji hanyalah sekitar Rp 1,8 Milyar)

3. Biaya Pelatihan dengan Asumsi Rp 5 Juta per orang untuk satu minggu pelatihan hanya dibutuhkan biaya Rp 450 Juta dan Paling Mahalnya Rp 900 Juta (untuk 2 minggu pelatihan).

4. Dokumentasi Hardcopy rasanya sudah bukan eranya dan cukup Softcopy yang biayanya maksimum Rp 900 Juta.

5. Implementasi (termasuk instalasi dan Integrasi) dan Support Untuk di Yogyakarta, untuk 110 sekolah dibutuhkan cukup 20 Orang. Untuk masa support selama satu setengah tahun dibutuhkan biaya biaya maksimum Rp 3,6 Milyar

6. Perhitungan hingga point 5) untuk sementara hanya dibutuhkan pendanaan sebesar Rp 7,2 Milyar . Lalu Apa yang Membuat Mahal ?

7. Karena LMS/LCMS (seperti Moodle) bisa didapat/download secara gratis, maka yang berpeluang menjadi mahal adalah Aplikasi AUTHORING TOOLS yang sudah dikunci spesifikasinya ?

8. Pantaskah Proyek Senilai Rp 7,2 Milyar, nilainya dibesarkan hanya untuk AUTHORING TOOLS sehingga menjadi senilai Rp 38 Milyar ?

Bagaimana jika melirik Crayonpedia?

1. Sempurnakan fitur Crayonpedia saat ini yang fokus hanya penyusunan Materi Ajar secara kolaborasi, sehingga Crayonpedia memiliki fitur penyusunan MATERI AJAR & MATERI UJI SECARA KOLABORASI Plus pengembangan fasilitas Sinkronisasi Program & Database antara Server Sekolah dengan Server di IDC, agar akses Materi Ajar & Materi Uji dari Sekolah tidak memerlukan koneksi internet yang besar, sehingga siswa cukup akses server lokal dari sekolah masing-masing, untuk pengembangan ini maksimum perlu anggaran Rp 1 Milyar

2. Belikan Laptop untuk 1.100 guru (satu sekolah 10 guru, dan untuk 110 sekolah pilot project) + pelatihannya (untuk menyusun materi ajar dan materi uji selama satu minggu dan gunakan materi ajar yang sudah ada BSE (dari diknas) sebagai referensi) untuk guru-guru di 110 sekolah dalam pilot project, bila harga laptop Rp 5 juta dan pelatihan Rp 5 juta … maka dibutuhkan anggaran Rp 11 Milyar. Wajibkan guru-guru tersebut (dengan insentif laptop (Rp 5 juta)) untuk menyusun materi uji minimal materi uji harian dan cukup per guru satu atau 2 materi uji harian (karena materi ajarnya sudah ada dari BSE). Untuk Materi Uji Semesteran dan Unas cukup diambil dari Materi Uji Sekolah/Unas yang pernah ada.

3. Support selama 1 tahun di IDC dan di Yogyakarta Maksimum Rp 3 Milyar

Hanya dengan Maksimum Rp 15 Milyar, bisa mendapatkan sesuatu yang dapat membawa dampak besar bagi seluruh Sekolah dan Pelajar di Indonesia, karena materi ajar dan materi uji disiapkan bisa dimanfaatkan oleh Seluruh Guru, Siswa, dan Sekolah di Indonesia dan yang paling penting adalah :

Materi ajar dan materi uji dapat disempurnakan secara berkesinambungan oleh guru-guru se Indonesia. Ingat ada 2,5 juta guru, dosen, dan dapat diakses bebas dan gratis oleh semua siswa - - lebih dari 50 juta siswa dan mahasiswa.

Tulis kawan itu pula: imajinasikan kelanjutannya, yaitu: dampak Kolaborasi & Interaksi Antara 2,5 Juta Guru dan 50 Juta Siswa !

Kesimpulan kawan saya itu:

Pelelangan yang ada adalah solusi pendidikan tidak cerdas dan berpeluang pemborosan anggaran negara - - hutang dari Jepang, meskipun berbunga murah tetap harus dibayar oleh rakyat.

Proyek tersebut berpeluang merupakan indikasi modus KKN canggih - - terutama untuk produk AUTHORING TOOLS - - dan atau kita dibodohin Jepang, bila spesifikasi teknologi Authoring Tools hanya dimiliki oleh Software Provider dari Jepang .

Sidang Pembaca Sketsa yang Budiman,

Begitulah Sketsa kali ini. Anda tentu dapat menyimak bagaimana Salman Khan, juga upaya anak negeri di Crayonpedia, dan langgam sebuah departemen terindikasi mengedepankan proyek, yang bukan mencerdaskan. ***

Iwan Piliang, literary citizen reporeter, blog-presstalk.com, posted in kompasiana

Bangsa Malas atau Dibuat Malas?

Suatu kali, saya baca sebuah judul tulisan yang mengasumsikan kalau bangsa ini adalah bangsa yang pemalas. Benarkah itu?

Dalam keseharian saya, pemalas merupakan kata yang sangat akrab. Profesi guru di sekolah dengan murid yang banyak berulah membuat kata malas menjadi lazim diucapkan. Tentu saja didukung dengan kemalasan sebagian anak tersebut; malas buat PR, malas mengerjakan latihan, malas aktif saat belajar, malas ikut wirid jumat, dan sebagainya. Kadang bahkan membuat saya jadi malas menegur atau menasehati. Tapi tentu saja tidak semua anak seperti itu.

Kembali ke topic di atas, benarkah bangsa ini bangsa pemalas?

Jujur, saya tidak punya pendapat. Terlalu sulit bagi saya untuk menganalisa bangsa besar ini. Apalagi dengan ilmu cetek saya. Saya ingin mengerucutkannya pada komunitas pelajar. Bukankah pelajar salah satu stoke holder dari bangsa besar ini? Jadi; benarkah pelajar kita pemalas?

Kembali, ini adalah tulisan yang sangat subjektif. Tidak ilmiah, karena saya tidak punya data dan tidak meneliti. Ini hanya oretan hati berdasarkan pengalaman saya yang masih seupil.

Dalam bergelut di sekolah, saya melihat semangat belajar anak-anak sekolah yang rendah. Bukan sekadar melihat, saya pun merasakan hal tersebut saat harus berdiri di depan kelas dan mengajar siswa/I saya. Memang tidak semuanya, tapi sering dan berulang kali, saya mendapatkan anak yang cuek dengan pendidikannya sendiri.

Mungkin mereka membekali diri dengan kursus di luar sekolah; begitu perkiraan saya. Tetapi ternyata tidak. Saat tes atau saya uji secara lisan, mereka jauh dari harapan. Kesalahan guru, itu juga menjadi pikiran saya. Barang kali, saya lah yang tidak pandai mengajar. Untuk introspeksi, saya berdiskusi dengan guru-guru lain dan juga guru senior. Ternyata oh ternyata, problem kami sama; anak-anak yang tidak peduli dengan pendidikan mereka.

Suatu kali, di sebuah local, saya marah. Untuk kesekian kalinya, anak-anak itu menyepelekan tugas rumah yang saya berikan. Padahal, tugas tersebut menjadi bahasan untuk belajar. Kali itu, hampir semua anak di local tersebut tidak mengerjakan tugas; hanya dua tiga orang yang mengumpulkan. Padahal telah berbusa mulut saya menasehati mereka sebelumnya.

Pada saat itu, saya bilang tidak akan pernah lagi memberi mereka tugas dan nilai rapor mereka hanya bergantung pada ulangan serta ujian saja. Ancaman itu saya lakukan. Saat terima rapor, saya memberi nilai murni olahan hasil ujian dan ulangan, serta beberapa aspek lainnya; minus tugas harian. Dan seperti dugaan, dari 40 orang, nilai hitam kurang dari 50%.

Saya pun menerima kritikan dari guru-guru lain. Bahkan ada yang bilang, kalau memberi nilai seperti itu bisa dianggap guru yang bodoh; bukan muridnya. Walau ada juga teman guru yang bilang kalau penilaianku itu adalah penilaian yang paling jujur karena dia juga sadar akan kualitas murid-murid kami; dan jujur belum tentu baik (??).

Saat semester baru, saya kembali masuk ke local tersebut. Lalu menjelaskan apa yang kurang dari mereka sehingga banyak dapat merah; malas buat tugas. Serta saya tegaskan, kalau masih malas terima lagi hasil yang sama. Sukses!! Walau tidak 100% namun grafiknya naik. Anak-anak itu tidak lagi berleha-leha membuat tugas atau latihan. Nilai mereka pun meningkat.

Tapi, suatu saat berkata pemilik rental playstation kepada teman sesama guru. Banyak anak-anak sekolah kami yang main ke tempatnya saat jam sekolah, lapornya. Saat ditegur, anak-anak itu malah bicara dengan santai kalau meskipun malas-malasan nanti bakalan lulus juga; karena sekolah mereka yang baik hati akan menyediakan joki saat ujian nasional biar tidak bermasalah.

Atau, saat seorang teman bicara sama saya tentang adiknya yang tidak mau belajar padahal mau ujian nasional. Ketika dinasehati supaya belajar dan peringati kalau bakalan tidak lulus, si adik dengan enteng menjawab; nanti juga dia dapat kunci jawaban soal ujian, jadi buat apa belajar lagi. Dan teman saya bertanya, “benarkah itu?”.

Jadi ini bangsa pemalas atau bangsa yang dibuat jadi malas?


* written by Rifky disini

Acknowledgment

First and foremost I would like to express thanks Allah SWT, The Almighty, The Most Merciful and The Most Compassionate who have given me strength and ability to finish the project without having many difficulties.

I am sincerely grateful and offer my deepest appreciation to my Supervisor, Mdm. Kalairasi Sonai Muthu for her kind attention, valuable time, great advices and brilliant ideas to guide me throughout the very early stage of this project in which have inspired and enriched my knowledge as a student.

I would also like to thank all of my friends and all the people who have helped, contributed, and supported me to construct this project. Especially for the one who has always been bothered by my nagging. I owe you a lot.

Finally, my deepest gratitude and thankfulness are dedicated to my parents for their encouragement, prayers, constructive criticisms and suggestions as the foundation of my confidence that I can complete the project successfully.







Muhammad Syaifuddin
26 August 2010

Labels:

Quotes of the Day

Recent Comments

Followers

Shev's bookshelf: read

OutliersKetika Cinta Bertasbih5 cmLaskar PelangiSang PemimpiEdensor

More of Shev's books »
Shev Save's  book recommendations, reviews, favorite quotes, book clubs, book trivia, book lists