Showing posts with label Islam in My Heart. Show all posts
Showing posts with label Islam in My Heart. Show all posts

FPI atau Ahmadiyah ?

Beberapa hari ini portal berita Indonesia sedang hangat-hangatnya mewartakan tentang 2 hal. Demo yang terjadi di Mesir dan kerusuhan yang terjadi di Cikeusik yang berkaitan dengan Ahmadiyah. Kedua hal tersebut menarik perhatian saya dan disela-sela waktu belajar untuk final exam, saya menyempatkan untuk mencari informasi tentang Mesir dan Cikeusik. Pada kesempatan kali ini, saya tidak akan membahas tentang demo di Mesir, sekalipun ada banyak hal dan pertanyaan yang ingin saya sharing. Akan tetapi saya lebih memilih untuk menyampaikan pendapat saya tentang hal yang kedua, yaitu Ahmadiyah. Asal mula kenapa saya memutuskan untuk membuat artikel sendiri tentang hal ini bermula dari diskusi di status FB salah satu adik kelas saya semasa SMA yang mendukung Ahmadiyah dan menyarankan untuk pembubaran FPI. Apa yang saya tulis disini adalah alasan yang dia kemukakan dan jawaban saya. Sebagai informasi, saya tidak berada di pihak FPI ataupun warga yang berbuat kekerasan di Cikeusik dan saya tahu bahwa kapasitas saya masih jauh dari seorang alim. Apapun yang saya share disini tidak lepas dari kesalahan dan saya berharap koreksinya.

Tentang Ahmadiyah

Agar kita berada dalam satu paham dan alasan mengapa Ahmadiyah dianggap sesat, ada baiknya saya memulai dari penjelasan singkat tentang ajaran Ahmadiyah. Penjelasan tentang paham mereka saya ambil langsung dari situs resmi mereka : http://www.alislam.org. Berikut adalah penjelasan singkat tentang Ahmadiyah oleh mereka sendiri.

The Ahmadiyya Muslim Community is a dynamic, fast growing international revival movement within Islam. Founded in 1889, it spans over 195 countries with membership exceeding tens of millions. Its current headquarters are in the United Kingdom.

Ahmadiyya Muslim Community is the only Islamic organization to believe that the long-awaited Messiah has come in the person of Mirza Ghulam Ahmad(as) (1835-1908) of Qadian. Ahmad(as) claimed to be the metaphorical second coming of Jesus(as) of Nazareth and the divine guide, whose advent was foretold by the Prophet of Islam, Muhammad(sa). Ahmadiyya Muslim Community believes that God sent Ahmad(as), like Jesus(as), to end religious wars, condemn bloodshed and reinstitute morality, justice and peace. Ahmad’s(as) advent has brought about an unprecedented era of Islamic revival. He divested Islam of fanatical beliefs and practices by vigorously championing Islam’s true and essential teachings. He also recognized the noble teachings of the great religious founders and saints, including Zoroaster(as), Abraham(as), Moses(as), Jesus(as), Krishna(as), Buddha(as), Confucius(as), Lao Tzu and Guru Nanak, and explained how such teachings converged into the one true Islam.

Ahmadiyya Muslim Community is the leading Islamic organization to categorically reject terrorism in any form. Over a century ago, Ahmad(as) emphatically declared that an aggressive “jihad by the sword” has no place in Islam. In its place, he taught his followers to wage a bloodless, intellectual “jihad of the pen” to defend Islam. To this end, Ahmad(as) penned over 80 books and tens of thousands of letters, delivered hundreds of lectures, and engaged in scores of public debates. His rigorous and rational defenses of Islam unsettled conventional Muslim thinking. As part of its effort to revive Islam, Ahmadiyya Muslim Community continues to spread Ahmad’s(as) teachings of moderation and restraint in the face of bitter opposition from parts of the Muslim world.

Similarly, it is the only Islamic organization to endorse a separation of mosque and state. Over a century ago, Ahmad(as) taught his followers to protect the sanctity of both religion and government by becoming righteous souls as well as loyal citizens. He cautioned against irrational interpretations of Quranic pronouncements and misapplications of Islamic law. He continually voiced his concerns over protecting the rights of God’s creatures. Today, it continues to be an advocate for universal human rights and protections for religious and other minorities. It champions the empowerment and education of women. Its members are among the most law-abiding, educated, and engaged Muslims in the world.

Ahmadiyya Muslim Community is the foremost Islamic organization with a central spiritual leader. Over a century ago, Ahmad(as) reminded his followers of God’s promise to safeguard the message of Islam through khilafat (the spiritual institution of successorship to prophethood). It believes that only spiritual successorship can uphold the true values of Islam and unite humanity. Five spiritual leaders have succeeded Ahmad(as) since his demise in 1908. It’s fifth and current spiritual head, Mirza Masroor Ahmad, resides in the United Kingdom. Under the leadership of its spiritual successors, Ahmadiyya Muslim Community has now built over 15,000 mosques, over 500 schools, and over 30 hospitals. It has translated the Holy Quran into over 60 languages. It propagates the true teachings of Islam and the message of peace and tolerance through a twenty-four hour satellite television channel (MTA), the Internet (alislam.org) and print (Islam International Publications). It has been at the forefront of worldwide disaster relief through an independent charitable organization, Humanity First.

Bagian-bagian yang saya bold adalah bagian penting untuk pembahasan selanjutnya. Untuk memudahkan, saya akan merinci point-point tersebut:

  1. Di Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Penyelamat yang telah lama ditunggu.
  2. Ahmad mengklaim dirinya sebagai titisan Jesus dan utusan Tuhan yang kedatangannya telah diramalkan oleh Nabi Muhammad (red: Imam Mahdi).
  3. Dia juga menerima ajaran-ajaran kebaikan dari pendiri ataupun pemuka agama termasuk di dalamnya penyembah api, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Krishna, Buddha, COnfucious, Lao Tzu, dan Guru Nanak dan menjelaskan bagaimana ajaran-ajaran tersebut disatukan menjadi Islam yang benar.
  4. Dia juga dengan tegas menegaskan bahwa jihad dengan pedang tidak ada dalam ajaran Islam dan sebagai gantinya adalah jihad dengan pena.

Kebebasan Beragama

Banyak orang mendengung-dengungkan kebebasan beragama ketika isu Ahmadiyah ini terangkat ke permukaan. Saya pribadi menghargai keputusan seseorang dalam memilih agama mereka, karena Allah SWT sendiri telah berfirman dalam Surat Al-Kafirun ayat 6:

Bagimu agamamu dan bagiku agamaku

Ayat diatas merupakan panduan bagi seluruh muslim bahwa urusan antara manusia dengan Tuhan adalah hak setiap orang. Apakah dia hendak menjadi seorang Majusi, Nasrani, Yahudi, atau bahkan Atheis sekalipun tidak ada larangan. Akan tetapi ini menjadi salah kaprah ketika hal tersebut diterapkan di dalam agama yang sudah ada. Semisal seorang muslim berkata bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir. Pada saat dia meyakini hal tersebut, maka seketika itu pula status dia sebagai muslim sudah tercabut. Karena sebagaimana yang telah kita ketahui, syarat mutlak seorang muslim adalah Rukun Iman dan Rukun Islam. Lantas bagaimana dengan mereka yang meyakini bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir ? Mereka wajib memperbarui syahadat mereka. Lalu apakah Ahmadiyah masih pantas dianggap sebagai muslim ? Secara garis besar, Mirza Ghulam Ahmad mengakui sebagai Imam Mahdi. Adapun kriteria dari Imam Mahdi sudah dijelaskan dengan rinci dalam hadist dimana salah satunya adalah merupakan keturunan dari Rasulullah dan merupakan seorang dari bangsa Arab[1]. Dan secara otomatis, Mirza Ghulam Ahmad tidak sesuai dengan kriteria tersebut, dikarenakan dia terlahir di Punjab, India.

Pluralisme

Ketika kebebasan beragama tidak lagi bisa menjadi hujjah yang kuat, maka muncullah alasan berikutnya, yaitu asas Pluralisme dimana secara garis besar mempunyai pemahaman bahwa semua agama adalah sama benarnya. Dengan alasan ini, maka kehadiran Ahmadiyah adalah sesuatu yang 'diperbolehkan' karena dalam pluralisme tidak ada satu agamapun yang dianggap salah.

Sebagai seorang muslim, kita harus bisa membedakan antara pluralitas dan pluralisme. Pluralitas berarti terdapat keberagaman agama dalam satu tempat. Dengan kata lain, kita tetap mengakui bahwa terdapat agama-agama lain selain Islam dan tetap menghormati mereka. Berbeda dengan pluralisme ketika kita menganggap tidak ada satu agamapun yang salah. Suatu hal yang mustahil sebenarnya. Karena dalam silogisme matematika, jika seseorang beragama Islam, maka dia akan meyakini bahwa agama dialah yang paling benar. Kalau di saat yang sama dia juga meyakini bahwa Kristen juga benar, maka silahkan saja menjadi seorang agnostic.

Madzhab

Adapula anggapan bahwa pada dasarnya Ahmadiyah itu hanyala sebuah madzhab. Anggapan ini tentu saja keliru. Sebab munculnya madzhab-madzhab adalah dikarenakan perbedaan penafsiran atau pendapat mengenai ayat dalam Al-Quran ataupun hadist. Selama dalam tahap yang diperbolehkan (tidak menyangkut tauhid), madzhab-madzhab tersebut diperbolehkan. Perbedaannya dengan Ahmadiyah adalah ajaran dalam Ahmadiyah sudah melewati batas yang diperbolehkan, yaitu sudah masuk dalam ranah tauhid. Maka secara otomatis status dari Ahmadiyah tidak bisa dikatakan sebagai madzhab.

Islam dan Kekerasan

Pada akhirnya, semua ini bermuara pada kekerasan yang dilakukan oleh warga Cikeusik terhadap jemaat Ahmadiyah. Dalam kasus ini, Ahmadiyah sebagai pihak yang teraniaya, tentu saja mendapatkan porsi simpati yang lebih besar. Sehingga rakyat umum pun langsung mencela warga (kalau di media disebutkan sebagai FPI) dan mendukung Ahmadiyah. Buntutnya, mereka menolak pembubaran Ahmadiyah dan lebih mendukung pembubaran FPI. Memang, saya pribadi kurang setuju dengan dakwah dengan kekerasan, sekalipun ada tuntunannya. Akan tetapi saya lebih tidak setuju lagi dengan adanya aliran sesat. Jika kita mau berpikir rasional, anggaplah FPI bersalah dengan melakukan kekerasan. Itu tidak akan menyebabkan mereka keluar dari Islam. Berbeda dengan Ahmadiyah. Apa yang mereka yakini, itu sudah menyebabkan mereka keluar dari Islam (dengan alasan yang telah disebutkan di atas). Ketika anda mampu bersikap objektif, maka anda akan mengetahui siapa yang mempunyai tingkat kesalahan paling besar dalam Islam.

Propaganda

Mungkin karena saya terlalu banyak baca tentang teori konspirasi, maka saya pun tidak langsung menentukan sikap ketika saya membaca kerusuhan Cikeusik untuk pertama kalinya. Di saat orang lain sibuk menghujat dan mencerca FPI, saya lebih memilih untuk melihat lagi apa yang sebenarnya terjadi. Karena berita yang ditampilkan hanya merupakan suatu akibat, maka harus ada sebabnya. Dan saya beruntung mendapatkan catatan dari seorang wartawan senior antv tentang kejanggalan pada peristiwa Cikeusik disini.

Kesimpulan

Secara garis besar, point penting dari apa yang saya bahas diatas adalah:

Melakukan tindak kekerasan atas nama agama itu bisa jadi salah. Akan tetapi penodaan agama itu jelas salah.

Sebagai tips, apabila tidak ingin terjadi tindak kekerasan lebih lanjut, ada baiknya Ahmadiyah mengikuti anjuran banyak orang yaitu dengan mendeklarasikan sebagai agama baru. Dengan begitu maka tidak ada kewajiban bagi umat Islam untuk ikut campur tentang keyakinan mereka.

----
[1] Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam Shifah al-Mahdi. Lihat ‘Iqd ad-Durar hlm. 36.

The Answer to Problematic Age of Aisha (RA)

Do you still remember Yusha Evans ? The one who gave lecture in this video and a former Christian Youth Minister. Today I stumbled across his website. It was coincidence though, I was searching for references for my project and suddenly saw his website's link from one of my mates. Once I came to his site, I read his article about Aishah's age. It draws my attention. Why? Because about 2 years ago there was a big phenomenon where a considered-old chaplain married with around 16-years old girl. It is uncommon in indonesia recently. That's why press competing to raise this issue. This chaplain, aside from his wealthy and influence, argued to those who oppose him by giving the fact that even our prophet, Muhammad SAW (may peace be upon him) married with Aisha at such a young age. Because of that matter, I discussed with my ustadz and he gave me an article which I posted here later on.

Back to Mr. Yusha. He has his own opinion regarding this problem. If you wish, you may read here. He explained that, during that time, marrying a young girl was not against the rule. Either his (the Prophet) opponent or his believers did not object the marriage between the Prophet and 'Aishah. If they objected with Zaynab's marriage because it is against the culture, then why did not they object with 'Aishah's marriage? Based on this fact, it does make sense that 'Aishah's marriage was not against the culture and surely it breaks down what Non-Muslims accuse nowadays. Quoting his words,

We are responsible for acting in accordance with our conscience, and our own societal norms may well factor into this, but it may be a bit presumptuous to pass judgment on people of the past and future, and those of other cultures. People in the future may well look on some of our mores as bizarre.

In the end, Allah knows best about all the details of things. And, it remains well-established that Islam’s central message is one of monotheism, decency and morality. It is to this that our energies can be more profitably devoted.

Sepenggal Kisah Idul Adha

Topik yang disampaikan Mr. Najib di khotbah jumat tadi benar-benar menarik. Dan lebih menarik lagi karena mirip dengan apa yang saya dan meru diskusikan sebelumnya. Ada 2 bahasan yang bisa saya garis bawahi dari khotbah tersebut. Yang pertama, tentang perbedaan pelaksanaan sholat ied di kebanyakan negara. Di arab saudi dan negara middle east lainnya, sholat ied dilakukan pada hari selasa, berdasarkan fakta bahwa wukuf juga dilaksanan pada hari itu.Sedangkan bagi beberapa yang lain, mereka merayakan pada hari rabu, dengan asumsi bahwa pada hari itu hilal benar-benar sudah terjadi. Perayaan pada hari rabu (di malaysia dan di indonesia) ditetapkan oleh pemerintah.

Ada beberapa alasan yang (menurut saya) menjadikan alasan bagi pemerintah untuk menetapkan hari rabu sebagai hari raya idul adha. Yang pertama, saperti yang sudah saya katakan di atas, hilal sudah jelas terjadi baik berdasarkan perhitungan ataupun observasi. Yang kedua, berdasarkan hadist bukhari dan muslim tentang hari raya dan awal puasa, kedua event tersebut dilakukan berdasarkan terlihatnya hilal di daerah masing-masing. Sedangkan terlihatnya hilal merupakan hal yang 'tidak' pasti. Saya katakan 'tidak' karena bisa saja pada saat terjadinya hilal tertutup oleh awan ataupun kejadian lainnya. Sehingga ketika pemerintah mendasarkan pada terjadinya hilal, itu berarti hari libur tidak bisa ditetapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Dan bisa berakibat pada aspek-aspek lainnya. Maka ditetapkanlah hari 10 Dzulhijjah berdasarkan penghitungan yang boleh jadi pada kenyataannya 10 Dzulhijjah itu sendiri sudah berganti menjadi 11 Dzulhijjah. Alasan ketiga, agar masyarakat Islam tidak bingung menentukan hari raya mereka.

Alasan-alasan tersebut memang cukup kuat, namun hal itu justru menimbulkan polemik tersendiri bagi umat Islam. Sebagai permisalan, jika 10 Dzulhijjah adalah hari rabu, maka tanggal 13 hari jumat dan merupakan hari tasyrik. Hal yang berbeda jika 10 Dzulhijjah adalah hari selasa. Dan tentu saja perbedaan satu hari ini akan terus berefek pada event-event selanjutnya (jika konsisten berpatokan pada tanggal yang kita yakini). Efeknya ? Besar sekali. Bisa jadi ketika kita berniat puasa 10 Muharram, ternyata sudah 11 Muharram. Itu hanya satu contoh kecil, selebihnya bisa Anda cari sendiri. Polemik terbesar muncul yang cukup membuat saya pusing adalah ketika arab saudi melaksanakan sholat ied pada hari selasa, maka sebagai daerah yang perbedaan waktunya lebih dulu daripada arab (time zone arab saudi itu GMT +3 sedangkan daerah asia tenggara +7 atau lebih) seharusnya kita juga melaksanakan sholat pada hari selasa. Nggak masuk akal banget klo perbedaan hilal bisa sampai 24jam.

Disamping itu, ada satu kalimat yang disampaikan oleh Mr. Najib yang amat sangat saya setujui. Beliau berkata bahwa, boleh-boleh saja kita berhari raya berbeda. Namun pernahkah terpikir oleh kita umat Islam bahwa jika kita tidak bersatu pada hal yang kecil, bagaimana kita akan bersatu pada hal yang lebih besar ? Adapun pemersatunya mudah saja, kembali ke Qur'an dan Sunnah. Jika panduannya adalah hilal, maka hilal lah yang jadi panduan. Begitupun seterusnya.

Ada satu hal yang membuat saya tersenyum mengingat perbedaan hari raya ini. Salah seorang teman mengatakan bahwa dia berpuasa pada hari minggu dan senin namun ikut sholat ied pada hari rabu. Alasan yang dia berikan adalah karena dia ikut pemerintah. Saat itu saya hanya bisa tersenyum manggut-manggut. Kalau ditanya saya bagaimana ? Sebenarnya saya tidak berniat sholat ied pada hari rabu, karena saya puasa pada hari senin. Dan meyakini bahwa 10 Dzulhijjah itu hari selasa. Namun karena tidak ada yang sholat pada hari selasa (atau setidaknya yang saya tau) dan daripada tidak sholat sama sekali, yaudah mau gak mau ikut yang hari rabu.

Topik kedua menyangkut hari tasyrik. Pada 3 hari setelah sholat ied, umat muslim disunnahkan untuk memperbanyak bertakbir kepada Allah atas segala kekuasaannya. Allah Akbar, Allah Akbar, Allah akbar walillahil hamd. Allah Maha Besar, Alllah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagiNya segala puji. Dengan bertakbir, secara tidak langsung kita mengakui bahwa hanya Allah yang Besar, yang lain kecil. Final Year Project ? Kecil ! Certified Ethical Hacker exam ? Mudah ! Jika Dia sudah menghendaki, siapa yang bisa menghentikan ?

Bersamaan dengan itu pula timbul pertanyaan besar. Apakah kita sudah benar-benar meyakini bahwa Allah itu Maha Besar ? Apakah kita masih menganggap bahwa bantuan teman pada saat ujian lebih besar daripada bantuan Allah ? Jika belum, maka boleh jadi hal itu mengisyaratkan bahwa iman kita masih jauh dari tahap ihsan. Karena sebagaimana dikatakan oleh sahabar Ali bin Abi Thalib RA ketika ditanya mengenai iman, maka beliau menjawab :

Al imaanu an tashdiqu bil qalb, wa iqra'u bil lisa, wal 'amalu bil arkan.

Artinya :
Iman ialah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan perkataan, dan mengamalkan dengan rukun-rukunnya.

Jadi, masih pantaskah kita bergantung kepada selainNya ketika kita bertakbir dan menyembah kepadaNya ?


-----

PS: ditulis dengan perubahan seperlunya dari khutbah jumat di Multimedia University Mosque pada hari ini

How the Bible Led Me to Islam: The Story of a Former Christian Youth Minister



We, moslems, have the solutions for the problems in the world. If you want to overcome the hunger, Islam gives you the solution. If you want to overcome economic's problem, Islam will fix it.

But unfortunately we're hiding this from the people.

Melawan Amerika ala Jepang

oleh : Ust. Ahmad Sarwat, Lc

Jepang pernah diratakan dengan tanah oleh tentara Amerika. Tahun 1945, tidak kurang dari 140 ribu nyawa bangsa Jepang hilang sia-sia ketika bom Atom dijatuhkan di Hiroshima. Dan 70 ribu lainnya mati sia-sia ketika bom Atom satunya lagi dijatuhkan di Nagasaki.

Praktis Jepang lumpuh. Tentaranya yang sedang menjajah negeri lain meluaskan sayap, pulang kampung. Negeri itu bangkrut, bubar dan tidak berbentuk lagi.

Apa yang pernah dialami Jepang di masa itu kira-kira mirip dengan yang dialami Iraq, Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Bahkan mungkin penderitaan Jepang jauh lebih dahsyat. Sebab bom Atom itu bukan cuma menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi efek radiasinya masih berbahaya untuk beberapa waktu.

Berbeda dengan sikap bangsa Jepang, ketika melihat negeri Islam dihancurkan oleh tentara Amerika, banyak pemuda muslim dari seluruh dunia yang marah dan bertekad membalas serangan itu dengan serangan yang sama.

Bahkan Usamah bin Ladin menyerukan jihad kepada Amerika, dan memerintahkan untuk membunuh semua bangsa Amerika, dimana saja bertemu. Kemarahan Usamah itu kemudian disambut gegap gempita oleh banyak kalangan muslim di dunia.

Tidak sedikit Kedutaan Besar Amerika di berbagai negara yang menerima ancaman bom dan peledakan. Warga Amerika sendiri pun tidak jarang menerima ancaman penganiayaan hingga pembunuhan di berbagai negara. Sampai pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan travel warning demi keselamatan warganya.

Sebuah reaksi yang cukup membuat pemerintah Amerika kalang kabut.

Bom Teroris

Tapi yang rada aneh justru terjadi di negeri kita. Alih-alih membunuh bangsa Amerika, justru yang terbunuh malah bangsa sendiri. Serangan demi serangan dilancarkan oleh para pengebom, namun lebih sering salah sasaran.

Meski pun penjelasannya untuk menyerang kepentingan Amerika, tetapi yang jadi korban malah bukan warga negara Amerika. Justru bangsa kita yang nota bene umat Islam, malah lebih sering terkena sasaran pengeboman yang dilancarkan secara membabi buta oleh orang yang tidak bertanggung-jawab.

Sayangnya, semua pengeboman itu masih memakai judul besar : jihad fi sabilillah. Padahal, yang mati bukan orang Amerika. Tempatnya pun bukan di medan peperangan yang sesungguhnya.

Serangkaian peledakan bom terus terjadi hingga hari ini. Catatan yang kita miliki antara lain :

1 Agustus 2000 : Ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.

13 September 2000 : Bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang, serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.

25 Desember 2000 :Bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru. Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak.

Agustus 2001 : Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan melukai enam orang.

23 September 2001 : Ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.

12 Oktober 2002 : Tiga ledakan bom mengguncang Bali. Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.

Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300. Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.

5 Agustus 2003 : Ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta. Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.

Pada 9 September 2004 : Pengeboman di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jaksel. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.

1 Oktober 2005 : Terjadi tiga pengeboman di Bali, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.

Jepang Tidak Membalas Teror

Ketika negerinya diporakporandakan, bangsa Jepang pasti marah. Namun menarik untuk dikaji, mereka sudah tidak bernafsu lagi untuk membalas dengan serangan militer yang hanya akan menumpahkan darah.

Pembalasan yang dilakukan oleh bangsa Jepang cukup intelek dan elegan. Bukan mesiu atau peluru yang mereka kirim ke Amerika, tetapi rombongan mahasiswa genius yang sengaja diperintahkan untuk `mencuri` ilmu dan teknologi dari mantan lawannya.

Berbeda dengan mental terjajah bangsa Indonesia yang ke Amerika malah belajar ilmu-ilmu keislaman dari Yahudi, mahasiswa Jepang justru belajar teknologi yang memang belum mereka miliki. Karena dikerjakan dengan tekat yang serius, maka dalam waktu singkat nyaris hampir semua teknologi dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tadinya dimiliki Amerika, sekarang sudah menjadi milik Jepang.

Saya diceritakan bagaimana saat itu Amerika agak pelit berbagi teknologi. Sampai akhirnya Jepang terpaksa membeli mobil Ford utuh untuk dibawa pulang ke Jepang. Di Jepang, mobil itu tidak untuk dipersembahkan buat para pejabat yang makan uang rakyat, tetapi untuk dibedah, dipreteli satu per satu isi perutnya, dipelajari dan . . . ini yang menarik, ditiru, dikembangkan, disempurnakan dan diproduksi massal.

Hasilnya?

Semua orang tahu bahwa Amerika pun akhirnya mengimpor mobil dan motor dari Jepang. Sebab industri otomotif Jepang melesat maju meninggalkan industri otomotif Amerika. Bahkan sepeda motor yang dipakai patroli jalan raya California (ingat film CHIPS), mereknya Honda.

Bahkan kini General Motor sebagai induk industri otomotif Amerika terpaksa merumahkan ribuan karyawannya. Teknik perakitan kendaraan roda empat memang tidak diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

Di bidang elektronik, Akio Morita mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Meski pita kaset ditemukan patennya oleh Phillip Electronics. Tapi walkman berhasil dikembangkan dan dibudling sebagai sebuah produk yang booming Sony tidak kurang dari 150 juta produk.

Bangsa Jepang Gemar Berkarya

Berbeda dengan umumnya bangsa-bangsa muslim yang senang berdebat, saling menjelekkan dan jarang akur, alias lebih sering bertikai, bangsa Jepang kelihatan lebih kalem. Mereka tidak terlalu banyak cakap, tapi rajin bekerja.

Mas Romi Satria Wahono, teman saya yang menggondol doktor di Jepang dan 10 tahun bermukim disana bercerita. Menurut beliau, rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam per tahun.

Jam kerja ini terbilang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan jam kerja bangsa-bangsa lain yang juga maju. Konon jam kerja orang Amerika sebanyak 1.957 jam per tahun. Kalau orang Inggris jam kerjanya 1.911 jam per tahun. Orang Jerman bekerja sebanyak 1.870 jam setahun. Orang Perancis bekerja sebanyak 1.680 jam setahun.

Sayangnya, saya tidak punya data PNS di negeri kita, berapa ya kira-kira jumlah jam kerja mereka?

Kalau mau iseng-iseng coba yuk kita hitung. Misalnya, PNS kita yang makan uang pajak rakyat itu datang ke kantor jam 09.00 pagi dengan badan lelah berjam-jam naik angkot dengan lalu lintas yang macet parah. Sampai di kantor harus istirahat dulu sambil baca koran atau minum teh. Kerja betulannya baru dimulai kira-kira jam 10.00 pagi.

Jam 11.30 sudah repot mau ke Masjid, sebab alasannya kan mau menunaikan ibadah shalat Dzhuhur. Balik dari masjid sekalian makan siang, jam 14.00. Kerja sebentar kira-kira 1 jam, itu pun kalau ada yang dikerjakan, kalau tidak ada, ya main game, chating, catur, atau ngobyek. Praktis sehari kerja yang beneran cuma 3 jam.

Kalau seminggu kerja 5 hari, berarti seminggu hanya 15 jam. Setahun? Kalikan saja dengan 52 minggu, hasilnya hana 780 jam setahun. Itupun sudah tidak dihitung tanggal merah, cuti bersama dan `HARPITNAS` (Hari Kejepit Nasional).

Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.

Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan `agak memalukan` di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk `yang tidak dibutuhkan` oleh perusahaan.

Tekun dan Ulet

Bumi Jepang sebenarnya tidak terlalu berlimpah dengan kekayaan alam. Tapi barangkali justru faktor itulah yang memicu orang-orang Jepang menjadi tekun dan ulet, akhirnya malah sukses.

Sesungguhnya untuk kebutuhan warganya, Jepang sangat mengandalkan negara lain, termasuk Indonesia. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.

Sampai ada yang bilang seandainya Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi ke Jepang, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Bandingkan dengan negeri kita yang berlimpah dengan bahan-bahan alam, ada minyak bumi, batu bara, bijih besi, emas dan lainnya. Seharusnya kita lebih maju dari Jepang. Bahkan bisa menekan Jepang dengan menghentikan ekspor minyak bumi.

Tapi itulah bangsa Jepang, alamnya yang sering dilanda gempa bukan bikin bangsanya jadi peminta-minta belas kasihan negara lain.

Nasionalisme dan Loyaliltas

Hal yang menarik lainnya dari bangsa Jepang, mereka punya rasa nasionalisme yang patut dibanggakan. Kedutaan Besar Jepang di berbagai negara selalu terbuka untuk memberikan bantuan sepenuhnya buat warganya.

Berbeda dengan ulah para pejabat KBRI dan konsulat kita di negeri lain, alih-alih membela bangsa sendiri, yang sering saya lihat mereka malah rada bermusuhan kepada WNI sendiri. Hubungan renggang antara pejabat kedutaan dengan bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang bersangkutan, lebih sering kurang serasi.

Bangsa Jepang juga dikenal punya loyalitas yang tinggi. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai
pensiun.

Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

Di negeri kita, loyalitas adalah barang basi. Loyalitas biasanya diberikan kepada pihak yang mau bayar lebih tinggi. Termasuk dalam urusan memilih partai dan pejabat. Siapa yang uang `serangan fajar`nya lebih tinggi, biasanya dia yang menang.

Tidak Bergantung Bangsa Lain

Berbeda dengan negeri-negeri yang mayoritas muslim, bangsa Jepang punya kebiasaan untuk tidak bergantung kepada bangsa lain.

Ini pengalaman saya sendiri waktu berangkat ke Jepang. Kebetulan charger hp saya tertinggal di Jakarta, dan itu saya sadari ketika sudah masuk ruang tunggu bandara. Saya berpikir, alah gampang, nanti saja di Tokyo saya beli yang baru atau pinjam teman. Toh hp saya bermerk Sony Ericsson, Sony kan merk Jepang. Masak sih tidak ada yang jual, begitu pikir saya.

Ternyata saya salah besar. Di Jepang bukan hanya tidak dijual chargernya, bahkan hp yang semerk dengan milik saya pun tidak dijual. Dari belasan toko elektronik yang saya masuki, semua menggeleng dan bilang, hp seperti itu belum pernah dia lihat seumur hidupnya.

Rupanya bangsa Jepang punya hp sendiri, yang tidak ada di negara lain. Mereka bikin sendiri dan hanya bisa dipakai di Jepang saja. Merk-merk hp terkenal seperti yang ada di negeri kita, justru tidak dikenal di Jepang.

Colokan listrik Jepang pun beda dengan yang umumnya berlaku di berbagai negara. Bentuknya pipih berbentuk lempengan, alat-alat elektronik yang kita punya sudah pasti tidak bisa dicolok disana, kecuali bila kita beli adapter.

Tegangan listriknya saja `aneh` dalam pandangan saya. Dimana-mana kan seharusnya 220 volt. Ternyata di Jepang cuma 110 volt.

Teman-teman panitia yang mengundang saya di Jepang berkomentar,`Ustadz, orang Jepang itu merasa Jepang adalah pusat dunia. Mereka merasa tidak butuh dengan negara lain. Jadi mereka ciptakan teknologi sesuai dengan selera mereka saja`.

Membangun Peradaban Mengalahkan Amerika

Dari semua hal di atas, yang paling mengesankan saya sendiri adalah balas dendam dan perlawanan bangsa Jepang terhadap gempuran Amerika dilakukan bukan dengan menumpahkan darah.

Barangkali bangsa Jepang sudah belajar cukup banyak tentang makna kemanusiaan, walau pun bangsa Jepang tidak mengenal agama. Bahkan di Jepang tidak ada hari libur keagamaan. Bandingkan dengan kita bangsa-bangsa muslim yang sepanjang tahun semarak dengan berbagai perayaan hari besar agama, tetapi rajin berbunuhan sepanjang tahun.

Iraq, Palestina, Afghanistan, Pakistan adalah contoh dari sekian banyak negeri yang harga nyawa manusia terasa sedemikian murah. Harta benda milik manusia sama sekali tidak ada jaminan keamananya, karena setiap saat bisa saja dicuri, dirampok, dikorupsi oleh pejabatnya, digelapkan bahkan dijarah.

Lepas dari siapa pelaku dan pihak yang salah, tetapi gambaran tentang peradaban Islam yang aman, sesuai dengan akar kata `islam`, rasanya masih jauh di alam mimpi. Kita tidak bisa dengan mudah menemukannya di negeri-negeri muslim.

Seandainya bangsa-bangsa muslim membangun teknologi yang unggul, tidak mengandalkan kepada bangsa lain, saya yakin Amerika pun akan hormat kepada kita. Saya tahu persis bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri cukup banyak yang sudah menguasai berbagai teknologi. Bahkan bikin reaktor nuklir pun bisa dilakukan dengan mudah. Ilmunya sudah dikuasai, tapi good will dari pemerintahnya yang tidak ada.

Apalagi bila kita mampu menguasai dan mengolah sendiri kekayaan alam yang berlimpah, tidak digadaikan buat kepentingan bangsa lain, maka Amerika pasti semakin takut dengan kita. Tapi sekali lagi, niat baik dari para pemimpin yang langka.

Dan yang lebih fantastis lagi, seandainya bangsa-bangsa muslim di dunia ini mengakhiri pertikaian di tengah mereka, lalu bersatu menjalin kekuatan bersama, saya tambah yakin kalau Amerika tidak akan bisa jualan senjata. Industri persenjataan Amerika itu bisa untung besar, selama negeri-negeri Islam sibuk berperang. Artinya, perang adalah ladang penghidupan buat Amerika.

Jadi kita ini sebenarnya tidak perlu boikot makanan Amerika. Cukup hentikan perang, insya Allah industri senjata Amerika akan gulung tikar. Dan rasanya aneh, mosok kita perang lawan Amerika, tapi pakai M-16? Mosok kita perang melawan Israel tapi pakai Uzi?

Kalau pun nanti kita berjhad fisik suatu hari, sebaiknya senjata yang kita pakai bukan M-16 atau AK47, tetapi merknya Paijo 77, Paimin 85, Tugiran 2000 atau Wakijan 21. Maksudnya, kita pakai senjata yang kita bangun sendiri industrinya.

Tulisan saya ini bukan berarti membesar-besarkan Jepang yang pernah menjajah kita 3,5 tahun dan memperkosa wanita-wanita kita (Jugun Ianfu). Tapi sekedar mengambil pelajaran. Biar bagaimana pun Jepang pasti punya kekurangan dan kelemahan juga.

Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita dan meneranginya dengan cahaya-Nya yang tidak pernah padam, agar kita semua dapat mengambil pelajaran berharga.

Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. Al-Hasyr : 2)

Meloncat Mainstream

oleh: Muhammad Zulifan


"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."
-- peribahasa .

Mungkin peribahasa itu tepat untuk menggambarkan kondisi keberjamaahan kita. Kedirian kita telah sedikit banyak terkonstruk pada satu mainstream tertentu. Mulai dari hal-hal yang besar semisal paradigma sampai hal kecil semisal ciri fisik.

Ciri fisik (pemampilan) seseorang sering merupakan representasi jamaah (baca: harokah ) yang ia geluti. Sampai-sampai pilihan celana dan warna hijab bisa menggambarkan seluruh kedirian seseorang, mulai dari prinsip-prinsipnya tentang kehidupan hingga gambaran aktivitasnya sehari-hari. Begitu juga tentang alur berfikir . Dalam konteks jamaah (baca
: Harokah) sering alur berfikir atau paradigma seseorang senantiasa mewakili jamaahnya. Yang terakhir inilah yang ingin saya bahas.

MAINSTREAM ITU

Fenomena umum, seorang aktivis HT senantiasa istiqomah dengan pemikirannya yang tidak jauh dari satu kata keramat “Khilafah”. Apapun kasusnya, ujung-ujungnya adalah Khilafah. Ketika ada kasus penjara mewah, komennya tegakkan khilafah, ada kasus korupsi, komennya tegakkan khilafah, dan
mungkin jika ada percekcokan suami istri maka mereka akan berkomentar tegakkan khilafah, itu solusinya.

Lain lagi aktivis ikhwan, mereka lebih suka pada jurus pamungkas “membina” dan slogan “Palestina danYahudi”. Ketika target dakwah tidak tercapai atau gagal, komen mereka adalah: “ini karena banyak ihwan yang tidak membina”. Ketika kasus Namru atau flu babi mencuat, mereka berkomentar ini rekayasa AS dan Yahudi. Ketika Hamas dan Fatah tidak bersatu, dikatakan Fatah telah bersekongkol dengan Yahudi. Hingga mereka melupakan faktor internal umat Islam yang sulit bersatu. Yahudi seolah begitu kuatnya hingga bisa melakukan apapun di dunia ini.

Sedangkan ikhwan salaf, apapun permasalah bangsa ini yang rumit, mau ada korupsi, kemiskinan, kejahatan, komennya tidak jauh dari : laksanakanlah
sunnah, tinggalkan bid’ah, maka Islam akan tegak dengan sendirinya
. Tidak perlu yang namaya harokah dan tanzim dakwah apalagi sampai ikut berpolitik.

BERFIKIR LEBIH KOMPREHENSIF

Entah mengapa umat Islam kini menyukai budaya simple dan enggan berfikir lebih rumit dan detail. Mungin itu pengaruh budaya post modern kini.

Simplifikasi masalah bangsa pada satu muara; belum tegakkanya khilafah, menjadikan anggota jamaah tersilap untuk memikirkan hal-hal yang lebih rumit, akibat pola pikir yang terlalu simple tadi. Ide kreatif menjadi beku karena adanya semacam chine wall dalam alur berfikir tiap anggota. Bagaimana berpartisipasi mengihslah negara, ishlah sistem birokrasinya, sistem sistem
politik hingga sistem militernya. Semua itu butuh kajian yang tidak simple. Bila mereka memberikan solusi, itupun sebatas solusi normatif yang amat sangat sulit konteks implementasinya ke dalam Indonesia kini. Pemikiran simple inilah yang mematikan potensi kader. Nampaknya untuk ini, HT harus terbuka pada pemikiran bahwa untuk menegakkan Al-Islam, tidak harus mendirikan negara Islam; kuasai hukumnya, undang-undangnya, ekonominya, pendidikannya, birokratnya, militernya, pers medianya, maka Islam akan tegak dengan sendirinya.

Selanjutnya, pemikiran fatalis yang mengarahkan segala kerusakan di dunia ini adalah karena rekayasa Yahudi membawa akibat umat tidak dewasa. Aktivis dakwah kurang berfikir dengan kajian yang lebih luas dan komprehensif. Contoh Kasus Namru. Saya sepakat bahwa lembaga ini harus hengkang dari bumi Indonesia. Namun, kajian atasnya jangan hanya berhenti pada statemen bahwa
Namru adalah rekayasa Yahudi dan AS untuk menghancurkan Indonesia. Terbukalah pada sudut pandang lain. Dari sudut pandang ketarahan nasional misalnya, bahwa sebuah negara (dalam hal ini AS) wajib melindungi rakyatnya dari segala ancaman. Apalagi sebagai negara terbuka, AS di kunjungi oleh orang dari seluruh dunia tiap harinya. Menjadi kewajiban pemerintah untuk mewaspadai virus-virus yang akan membahayakan negaranya. Karena itu didirikanlah lembaga riset di seluruh dunia. Dan begitulah juga seharusnya sikap Indonesia ketika menjadi negara super power dan pusat peradaban dunia nanti.

Juga masalah pemberian bantuan dana terorisme untuk POLRI. Ini adalah upaya pencegahan negara (sekali lagi dalam konteks AS) dari dampak negatif teroris. Sebagaimana kita ketahui, stabilitas kemanan akan berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi, terkait iklim investasi dll. Karenanya, ketika POLRI menangkap Imam Samudera, Nurdin M Top dan kawan-kawan, jangan hanya dilihat dari sudut pandang bahwa itu pesanan AS, tapi sebagai sebuah negara yang butuh stabilitas kemanan, langkah itu sangat perlu dilakukan. Bahwa ada misi yahudi, iya. Tapi perlu diingat pula bahwa semua militer (intel) di dunia ini juga melakukan misi tertentu, termasuk penyusupan organ
intel pada setiap Kedubes di penjuru dunia yang juga dilakukan oleh Indonesia.

Masalah Palestina, selalu yang disalahkan Yahudi. Padahal kritik internal sangat perlu dilakukan. Yang ada, aktivis kampus lebih banyak fanatik dengan gerakan Hamas, tanpa mau mengkaji lebih lanjut kelemahan strategi yang selama ini dilakukannya. Nyatanya, Hamas belum mampu menyatukan gerakan perlawaan Palestina. Strategi ikut Pemilu dan menangnya Hamas juga tidak berdampak banyak pada Palestina yang lebih baik. Nyatanya, kini Palestina --sebagai entitas muslim-- terpecah. Dengan kondisi terpecah, amat sulit bagi
Palestina mendapat dukungan dunia Internasional.

Lebih susah lagi pemikiran yang menganggap semua masalah akan selesai dengan kita melaksanakan sunnah dan meninggalkan bidah, hingga acuh tak acuh pada permasalahan umat kontemporer, cukup taat dengan Pemerintah (meskipun tidak dipilih berdasar prinsip Syuro), jangan protes terhadapnya apalagi berdemonstrasi. Mereka telah lupa bahwa mengishlah negara, berpolitik (termasuk berperang dan persiapannya ) adalah bagian dari sunnah yang Rasul ajarkan juga.

LONCAT MAINSTREAM, MUNGKINKAH?

Melihat Fenomena aktivis dakwah di kampus, nampaknya sulit bagi anggota jamaah untuk bisa melampaui pemikiran mainstream jamaah. Ada semacam lingkaran imaginer yang membatasi. Hal ini merupakan konsekuensi logis berjamaah dengan tuntutan harus selalu taat pada satu pilihan fiqh, di tengah pilihan fiqh yang lain yang mungkin dipilih. Pada tataran akar rumput, ketaatan kadang menjadikan potensi mereka jadi tidak berkembang. Menunggu taklimat dan perintah adalah budaya sehari-hari. Lama-kelamaan, ketaatan yang tidak terkelola dengan baik, apalagi tidak diimbangi dengan pemahaman atas gerakan yang dinamis, menimbulkan perpecahan seperti dialami banyak harokah. Adanya HDI dan FKP adalah salah satu contohnya.

Habit anggota selama ini yang tidak memungkinkan adanya pandangan yang luas. Bacaan aktivis HT tidak jauh dari buku karya Taqiyuddin An-Nabhani atau buku lain tentang khilafah dan Daulah. Sedangkan bacaan ikhwan tidak jauh dari buku-buku karangan Hasan Al-banna, Sayid Qutb, dan Yusuf Qardhawi, atau buku-buku ulama IM lainnya. Sedangkan Salafi setia (dan cenderung fanatik) pada bacaan karya-karya Syaikh Al-albani dan Syaikh Bin Baz. Ditambah forum kajian yang hanya mengundang ustadz dari harokahnya masing-masing, maka lengkap sudah faktor untuk menjadikan seseorang tertuju pada fanatisme harokah.

Yang susah, alur berfikir linear sejalan mainstream harokah ini sering menjadikan sesorang sulit untuk bersikap terbuka, bahkan yang lebih parah amat susah untuk menerima pemikiran ataupun sekedar pembahasan dari harokah yang berbeda.

KHATIMAH..

Bukan hal yang salah untuk setia pada mainstream harokah, tapi harusnya setiap anggota tidak menutup diri pada solusi harokah lain. Adanya cita-cita menegakkan Islam di bumi Indonesia itu tidak cukup dengan alur berfiir yang simple-simple semacam itu. Perlu kedalaman kajian multidsiplin ilmu (bio,sosio, psiko, eco, hankam) hingga masyarakat indonesia mampu mencernanya.
Atau jika tidak, cita-cita itu hanya akan jadi simbol-simbol usang.

Karenanya, sikap terbuka pada tawaran solusi atau ijtihad harokah lain nampaknya harus dibuka lebar-lebar. Bagaimanapun, tidak ada jamaah (baca: harokah) yang sempurna. Masing-masing jamaah punya kelebihan dan kekurangan
. Sesekali cobalah berfikir di luar mainstream harokah masing-masing karena dakwah tak selebar harokahmu saja...

Pernah Ada Masa-Masa

oleh : Salim A. Fillah

pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu

pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

kubaca cendikiawan dinasti ming, feng meng long
menuliskan sebaitnya dalam ‘yushi mingyan’;
“bungapun layu jika berlebih diberi rawatan
willow tumbuh subur meski diabaikan”

maka kitapun menjaga jarak dan mengikuti nasihat ‘ali
“berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”

padahal saat itu, kau sedang dalam kesulitan
seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan
maka seolah aku telah membiarkan
orang bisu yang merasakan kepahitan
menderita sendiri, getir dalam sunyi
-ataukah memang sejak dulu begitulah aku?-

dan sekarang aku merasa bersalah lagi
seolah hadirku kini cuma untuk menegur
hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan
bukan lagi penguatan, bukan lagi uluran tangan
-kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita
hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-

kini aku hanya menangis rindu membaca kisah ini;
satu hari abu bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya
terlunjak jalannya, tertampak lututnya, gemetar tubuhnya
“sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “sedang kesal
maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya..”

“antara aku dan putera al khaththab”, lirih abu bakr
dia genggam tangan nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam
“ada kesalahfahaman. lalu dia marah dan menutup pintu rumah.
kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya,
tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan.”

tepat ketika abu bakr selesai berkisah, ‘umar datang dengan resah
“sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda
“lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah
“hanya abu bakr seorang yang langsung mengiya, ‘engkau benar!’
lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?”

‘umar berlinang, beristighfar dan berjalan simpuh mendekat
tapi tangis abu bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas
katanya, “tidak ya Rasulallah.. tidak.. ini bukan salahnya..
demi Allah akulah memang yang keterlaluan. .”
lalu diapun memeluk ‘umar, menenangkan bahu yang terguncang

ya Allah jika kelak mereka berpelukan lagi di sisiMu
mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami
pada pundak, pada lengan, pada nafas-nafas ini.

Interfaith Talk 16


Hari ini saya menghadiri acara yang sangat bermanfaat bagi saya . Acara ini sebenarnya merupakan acara rutin di kampus saya . Namun baru kali ini saya tertarik untuk menghadiri . Judul acaranya sama dengan judul postingan ini "Interfaith Talk 16" . Secara garis besar acara ini merupakan acara dimana antar pemeluk agama mengemukakan pendapat agamanya sesuai dengan tema yang diberikan . Semacam perbandingan agama gitu . Angka 16 sendiri berarti acara ini sudah berlangsung selama 16 kali . Jadi saya missed yang 15 sebelumnya . How poor I am . Tapi gak papa deh . Lebih baek telat daripada tidak sama sekali .

Tema interfaith talk kali ini adalah "Terrorism : My Religion's Point of View" . Speaker diambil dari 4 agama yang berbeda . Islam (diwakili oleh Dr. Shah Kirit bin Kalkulai Govindi) , Kristen (diwakili oleh Dr. Albert Sundararaj Walters) , Buddha (diwakili oleh Buddhist nun Ho Meng Ooi) , dan Hindu (perwakilan tidak hadir) . Saya tidak akan membahas pandangan dari agama kristen maupun buddha , karena enggak menarik (trust me) . Yang paling menarik adalah (tentu saja) penjelasan Dr. Shah Kirit tentang terrorism dan tanya jawab yang di lontarkan oleh para peserta . Karena saya anggap penjelasan Dr. Shah Kirit cukup bermanfaat untuk memperjelas pengetahuan kita tentang pandangan Islam terhadap terrorism , maka saya salin beberapa dari penjelasan beliau . Namun perlu saya tekankan , tidak menutup kemungkinan apa yang saya kutip dari beliau terdapat salah kata yang mungkin bisa berujung pada salah pengertian (harap di maklumi , bahasa inggris saya masih tergolong standar) . Dan tidak menutup kemungkinan pula apa yang beliau sampaikan ada yang tidak sesuai . Oleh karena itu , pendapat dan masukan Anda amat saya butuhkan . Berikut garis besar dari penjelasan beliau :

Bismillahirrahmanirrahim .


Assalamualaikum Brother and Sister .

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit tentang terrorism dalam pandangan Islam . Namun sebelum membahas pandangan Islam terhadap terrorism , ada baiknya kita meninjau arti terrorism itu sendiri . Berdasarkan arti dalam berbagai kamus , kata terrorism mengacu pada perbuatan yang mendatangkan rasa takut (lihat di sini dan di situ) , baik dengan menggunakan kekerasan atau tidak . Berdasarkan pengertian ini , Islam tidak mengajarkan terrorism , karena Allah tidak mengutus Nabi Muhammad melainkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam semesta (Q.S. 21: 107) . Bahkan ayat - ayat yang terdapat dalam Al - Quran hampir mirip dengan deklarasi Human Right yang dikeluarkan oleh United Nations (PBB) .

  • Jihad


  • Lalu bagaimana dengan jihad ? Sering kita menyamakan jihad dengan terrorism . Berpikir bahwa ketika kata Jihad di perdengarkan , maka yang ada dalam bayangan kita adalah orang berkafiyeh dengan mengangkat senjata dengan berteriak Allah Akbar . Memang ini adalah salah satu bagian dari jihad . Karena jihad mempunyai bentuk yang bermacam - macam . Banyak orang mengira bahwa yang dinamakan jihad adalah perang , bahkan jika Anda mencari arti kata jihad dalam kamus , maka Anda akan mendapati artinya adalah Holy War (Perang Suci) . Berdasarkan ajaran Islam , tidak ada kemuliaan dalam memulai atau memberikan hasutan sehingga terjadi peperangan , walau dalam beberapa kasus peperangan tidak dapat dihindarkan dan dapat di benarkan .

    Sehingga seolah - olah yang ada dalam benak kita adalah Islam mengajarkan kekerasan . Hal ini berakibat seorang muslim akan merasa malu untuk menyatakan dukungannya terhadap jihad . Padahal arti kata jihad berdasarkan bahasa adalah "to struggle" (berjuang atau berusaha) . Secara istilah , jihad berarti berusaha di jalan Allah Jihad dalam konteks ini tidak hanya dalam hal pertempuran , tapi juga dalam hal lain . seorang muslim yang mengatakan kebenaran pada penguasa yang berbuat kejam (a tyrant) pun dapat dikatakan sebagai jihad (Sunan Abu Daud, Hadith 2040) . Jihad bisa berarti perang jika kita sedang mempertahankan diri (Q.S. 2 : 190) .

  • Israel vs Palestina


  • Bagaimana dengan kasus yang terjadi di Palestina ? Pertempuran yang terjadi di Palestina bukan pertempuran antara yahudi dengan Islam , tapi antara zionis dengan human right . Terdapat perbedaan antara zionis dengan yahudi . Zionis adalah bagian dari yahudi sehingga pemeluk zionis pasti beragama yahudi tapi orang yahudi belum tentu zionis . Patut di ketahui bahwa tidak semua penduduk Palestina adalah muslim . Sebagai bukti , pada saat saya pergi ke sana 3 tahun yang lalu , ada sekitar 700 ribu rakyat Palestina yang beragama non-muslim . Maka penyerangan Israel ke Palestina sama saja dengan penyerangan terhadap agama - agama di dunia , tidak hanya muslim saja . Namun anehnya , dalam peristiwa ini sebagian besar negara lebih memilih untuk tetap diam pada saat saudara mereka di bantai di Palestina .

    Jihad dalam bentuk mempertahankan diri seperti yang dilakukan oleh HAMAS di Palestina dapat di benarkan . Karena mereka mempertahankan diri dari penyerangan yang di lakukan oleh Israel . Sebagai perumpamaan , jika Anda mempunyai rumah dan ada perampok bersenjata yang hendak merampok harta benda Anda dan telah membunuh keluarga Anda , apa yang akan Anda lakukan ? Mempersilahkan masuk dan memberi ijin untuk berbuat sesukanya terhadap rumah Anda atau melawan dengan sekuat tenaga ? Saya yakin Anda akan melakukan yang kedua . Begitupun yang terjadi di Palestina . Tidak sepatutnya kita menyalahkan orang yang ingin mempertahankan keluarga serta harta bendanya . Sebagai catatan , 60 tahun yang lalu tidak ada namanya negara Israel . Daerah yang di kuasai Israel dulunya adalah milik Palestina secara penuh . Maka Anda dapat menggunakan otak Anda untuk berpikir siapa yang sesungguhnya bersalah dalam hal ini .

  • 11 September 2001


  • Peristiwa penabrakan pesawat yang sudah di bajak sebelumnya ke arah gedung World Trade Center di New York merupakan awal dari penyebarluasan kata terrorism . Menyebut Osamah bin Laden sebagai otak dari penyerangan tersebut , sejak saat itu Amerika menggunakan kata terrorism untuk menyebut negara - negara Muslim yang sekiranya dianggap berbahaya . Namun agaknya kita perlu mencermati beberapa hal .

    Pertama , pemberitaan media bahwa Osamah bin Laden adalah otak dari serangan ini hanya berselang beberapa saat setelah serangan itu terjadi dan tanpa verifikasi . Untuk mengetahui seseorang bersalah atau tidak , di butuhkan bukti - bukti yang kuat . Dan untuk mendapatkan bukti - bukti tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sedikit . Namun anehnya pemerintah AS dapat menentukan bahwa Osamah bin Laden adalah pelakunya dalam waktu yang singkat .

    Kedua , runtuhnya bangunan WTC yang tidak roboh ke samping melainkan hancur secara bertahap ke bawah . Jika sebuah pesawat dapat merobohkan suatu gedung yang tinggi , maka secara nalar kita dapat memprediksi bahwa arah jatuh dari gedung itu adalah ke arah samping , tidak secara bertahap runtuh ke bawah . Hal ini memberikan praduga bahwa gedung WTC tidak roboh hanya dikarenakan tertabrak oleh pesawat itu . Tapi ada sebab lain .

    Dua bukti di atas cukup untuk membuat kita berpikir bahwa ada sesuatu di balik peristiwa 11 September yang tidak di beritakan oleh media . Selama tidak ada cukup bukti bahwa pelakunya adalah orang muslim , maka janganlah kita ikut - ikutan menyalahkan saudara kita sesama muslim .

  • Real Terrorist


  • Selama ini kita berpendapat bahwa terrorist adalah suatu predikat yang buruk . Tapi pada kenyataannya , sebutan terrorist dapat berarti baik dan buruk . Tergantung siapa yang mengucapkan dan dalam konteks apa dia mengucapkan . Sebagai contoh , jika ada polisi yang berusaha menangkap penjahat dan secara terpaksa harus mempertahankan diri dengan menggunakan senjata api untuk dapat menangkap penjahat tersebut , siapakah terrorist dalam masalah ini ? Ada dua katagori terrorist dalam contoh kasus ini . Berdasarkan pandangan penjahat, polisi adalah terrorist . Sedangkan bagi polisi , penjahat tersebut adalah terrorist . Lalu mana yang benar ? Untuk itu di perlukan acuan yang dapat di pertanggungjawabkan . Acuan dalam contoh kasus di atas adalah hukum yang berlaku di negara tersebut . Sedangkan acuan dalam penyebutan kata terrorist haruslah suatu hukum yang mutlak benar , yaitu Al - Quran . Oleh karena itu , tidak sepatutnya kita malu di sebut terrorist jika kita melakukan hal yang benar menurut Al - Quran .

  • What We Should Do


  • Bagaimana cara memberikan pemahaman kepada muslim lain dan non-muslim yang belum memahami arti dari terrorism dan jihad secara sebenarnya ? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan . Salah satunya adalah dengan memperdalam ilmu tentang Islam dan mengamalkan apa yang ada dalam Al - Quran . Tanpa ilmu tentang Islam , kita tidak akan dapat membela agama kita jika ada orang yang berusaha merendahkan atau menyelewengkan . Namun ilmu saja tidak cukup . Amal yang kita lakukan berdasarkan Al - Quran sehari - hari akan menjadikan orang mengetahui yang sebenarnya tentang Islam . Bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan yang di gunakan sewaktu - waktu . Tapi ada aturan tertentu dimana kekerasan boleh di lakukan .

  • Pro Jihad


Sebagai penutup , saya teringat ada salah seorang teman saya yang berkata bahwa dia pro jihad . Inilah yang patut di ucapkan oleh seorang muslim . Dia harus menjadi orang yang pro jihad . Tentu tidak harus dengan pergi berperang . Tapi dengan melakukan apa yang bisa dia lakukan secara sungguh - sungguh . Akhir kata , mungkin ini yang bisa saya sampaikan . Apabila ada kata yang salah saya mohon maaf .

Wassalamualaikum .

Islam yang Manakah Anda ?

Pagi ini , sebelum saya menghadapi final exam kedua (9.00 AM) , ada berita menarik yang masuk ke e-mail saya . Berita ini tentang anak salah seorang pemimpin Hamas yang berpindah agama dari Islam ke Kristen . Berita selengkapnya bisa di lihat di sini .

Hal ini membuka kembali diskusi pada salah satu kajian semasa saya SMA . Diskusi kali itu membahas tentang fenomena orang Islam tapi yang tidak Islami . Fenomena ini saya rasa sudah cukup jelas di sekitar kita . Cukup kita keluar sebentar ke jalan raya terdekat dan kita akan mendapati fenomena ini . Ada banyak indikasi yang bisa kita lihat . Mulai dari jilbab tp pke baju ketat , muslim tp klo malam clubbing , hingga mungkin yang remeh semisal memilih nongkrong ama teman daripada sholat padahal sudah waktunya . Pada saat itu , saya jadi ingin mendalami lebih dalam tentang fenomena tersebut dan mengaitkan dengan identitas keislaman yang kita anut . Mengapa mereka mengakui Islam sebagai agama mereka tapi tidak mengerti bagaimana Islam mengajarkan kepada mereka cara berperilaku yang sesuai dengan Qur'an dan Hadist .

Beberapa waktu setelah itu , saya mulai 'mewawancarai' beberapa teman saya . Pertanyaannya cukup mudah .

Mengapa kamu memilih Islam sebaga Agama kamu ?


jawaban yang paling banyak saya dapat adalah ,

"Karena sejak kecil agama saya Islam."


atau

"Karena orang tua saya Islam ."


Setelah itu iseng - iseng saya baca cerita muallaf yang masuk Islam dan perjuangan mereka dalam mempertahankan akidah . Hem . Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kita yang terlebih dahulu mengenal Islam sejak lahir . Mereka bisa bangga memilih Islam sebagai agama mereka , sedangkan kita ? Boro - boro bangga , terkadang kita merasa bahwa Islam itu agama yang penuh pengekangan . Ini dilarang itu dilarang . Segala serba di atur . Padahal andai kita mencari ilmu tentang itu , tentu semua itu ada alasan dan manfaatnya .

Dari situ saya berpendapat bahwa pantaslah jika fenomena yang saya jelaskan di atas terjadi . Ternyata mereka memeluk Islam karena orang tua dan bukan karena pilihan dari kesadaran mereka sendiri . Sepelekah ini ? Ups . . Tunggu dulu . Inilah yang mendasari kemunduran Islam pada saat ini . Karena memeluk Islam bukan sebagai pilihan , tp sebagai 'paksaan' . Baik paksaan lingkungan maupun keluarga .

Akhir kata , bagi Anda yang seorang muslim , jangan pernah berhenti untuk mempelajari Islam . Semoga hal yang menimpa MOSAB HASSAN YOUSEF tidak terjadi pada kita . Dan kita doakan agar dia bisa kembali memeluk Islam seperti semula .

Tolong baca wawancara mengapa dia memeluk kristen dan kita diskusikan solusinya . Ini sebagai langkah preventif agar tidak terulang hal yang sama bagi generasi berikutnya .

Bukankah Kita Bersaudara ?

Judul ini saya ambil dari artikel kiki . Pada artikel itu , teman saya bercerita tentang fenomena yang ada di lingkungannya dalam menyikapi penderitaan rakyat Palestina . Dan saya yakin , g cmn d pekanbaru aja fenomena tersebut terjadi . Di berbagai kota saya yakin ada posko - posko khusus dalam membantu saudara kita di Palestina . Mulai dari pembukaan pendaftaran bagi warga yang ingin berjihad , pembukaan rekening amal bagi yang ingin membantu dengan hartanya , maupun yang menghimbau agar kita berdoa untuk saudara kita di Palestina . Bukan suatu yang jelek sebenarnya . Dan saya dukung itu . Karena bukankah umat Muslim itu bersaudara ?

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat nikmat.” [Q.S. 49 :10]


Namun saya jadi iri , mengapa dalam hal ini umat Islam , khususnya di Indonesia , berebut untuk memberikan bantuan sedangkan dalam keseharian kita , kita sering melihat di sekeliling banyak orang yg juga membutuhkan ? Dimana rasa persaudaraan kita ketika melihat seorang tua renta yang tidak mendapatkan tempat duduk sedangkan kita duduk dengan nyamannya ? Dimana rasa persaudaraan kita ketika ada teman kita yang dikeluarkan dari sekolah gara - gara tidak mampu bayar uang gedung ? Bukankah mereka saudara kita sesama muslim ?

Terkadang saya merasa bahwa kita ini hanya di jadikan boneka . Oleh siapa ? Oleh media . Ketika sedang ramai masalah Palestina , kita orang ramai mengutuk Zionis Yahudi . Ketika ramai masalah Iran , kita ramai mendukung Iran . Namun yang jadi pertanyaan dalam hati ini , apakah kita melakukan itu semua karena Allah ? Atau hanya gara - gara teman , keluarga , maupun lingkungan melakukan hal tersebut ? Pernahkah kita berpikir bahwa ketika kita demo , maka ada saudara muslim di sekitar kita yang melihat dan berkata , "Kalian susah - susah membantu rakyat Palestina , tapi saudara di sekitar kalian tidak kalian bantu" ? Jika ada yang sudah melakukan karena Allah dan mengetahui esensi dari Q.S. Al Hujurat : 10 tersebut , saya yakin pasti dia akan melakukan hal yang serupa bagi lingkungannya . Bagi saudara muslim di sekitarnya . Jika belum , mungkin kita bisa menjadikan fenomena Palestina dan Kebiadaban zionis ini sebgai langkah awal dalam membangun rasa persaudaraan dan empati sesama muslim . Tidak hanya bagi saudara di Palestina , tapi juga saudara kita yang tertindas di sekitar kita .

Kesimpulan yang ingin saya tekankan pada artikel ini ,

LAKUKAN HAL YANG SAMA BAGI SAUDARA DI DAERAH TERDEKAT KITA DENGAN APA YANG KITA LAKUKAN KEPADA SAUDARA KITA DI PALESTINA
. Anda bisa menginfakkan uang 1 dollar ? Pasti Anda bisa melakukan hal yang serupa untuk tetangga kita yang membutuhkan . Yang patut kita ingat , ketika Palestina sedang bertempur secara fisik melawan tank dan serdadu , maka Indonesia sedang bertempur secara mental melawan pemurtadan . Lawannya ya sama aja . Missionaris dan Zionis . Jangan sampai kita terlena dalam membantu umat muslim di Palestina dan melepaskan tanggung jawab kita kepada umat muslim di daerah terpencil yang sedang berjuang melawan pemurtadan dan pembodohan .

===


note : di tulis 4 jam sebelum saya menghadapi final exam pertama . makasih buat kiki atas artikelnya . saya jadi terpikir kembali untuk menulis hal yang dulu pernah terlintas di benak saya . sebelumnya saya berniat menggunakan waktu 4 jam ini untuk fokus belajar .


Palestina dan Makian Kita

Penderitaan yang dialami umat muslim di Palestina pasti membuat kita gerah . dan itu berakibat tidak sedikit dari kita yang memaki Zionis Yahudi [jzk buat mas aries yang sudah menjelaskan kepada kita agar tidak menggunakan Israel] . entah secara sadar ataupun tidak sadar . makian yang saya maksud disini adalah makian yang sudah mengarah pada penggunaan bahasa yang kurang sopan [seperti pengucapan berbagai kata binatang] .

Berkenaan dengan ini , saya akan share sedikit pendapat dari ustadz saya semasa SMP [jzk untuk ustadz Alimin atas kesediaannya menjawab e-mail saya] tentang memaki ini . bukan saja memaki orang muslim , memaki selaen muslim pun patut kita pertimbangkan . sebisa mungkin kita tahan untuk tidak memaki maupun mencaci . ada beberapa alasan mengenai hal ini . di sini saya lebih menitikberatkan pada memaki non-muslim . karena memaki seorang muslim udh pasti dosa kn ? :)

1. Memaki hanyalah perbuatan orang lemah . kita sebagai muslim bukan seorang yang lemah bukan ? jadi tidak pantas kita memaki .
2. Mencaci maki orang yang menyembah selain Allah bisa menyebabkan mereka memaki Allah tanpa batas pengetahuan .

Dan Janganlah km memaki sesembahan selain Allah , karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampui batas tanpa dasar pengetahuan . Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka . Kemudian kepada Tuhan tempat mereka kembali , akan DIa beritahu kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan [Q.S. 6:108]

Mengutip apa yang beliau katakan , saya pribadi tidak nyaman mencaci-maki. bukan saya bersimpati pada yahudi, tetapi saya khawatir itu akan semakin menyuburkan prasangka yang sudah ada selama ini bahwa umat Islam adalah orang-orang yang emosional dan tidak berpikir panjang . Saya juga marah dan mangkel pada yahudi, tetapi saya tidak mau orang menjadi tidak simpatik kepada Islam dan Allah hanya karena ulah kita
seperti dalam labirin yang sukar dimengerti ujung-pangkalnya. memaki salah, diam juga salah. serba salah dan tidak enak.
Lalu bagaimana menyikapinya ? pilihlah tindakan yang paling sesuai kondisi. jika merasa aman bahwa memaki mereka tidak berakibat mereka memaki Allah, lakukanlah.
jika yang dikhawatirkan Al-Qur'an itu justru muncul, hentikanlah, sebab musuh-musuh Islam tidak akan berhenti mengintai dan mencari-cari kesalahan kita .

Lalu bagaimanan cara membuat yahudi itu hengkang dari bumi palestina ? tentu tidak akan bisa dengan makian kita . Ada beberapa cara sebenarnya untuk mengusir yahudi2 laknatullah tersebut . jika ustadz Sarwat menganjurkan untuk mengirim misil ke perumahan yahudi [bisa dilihat dsini] , maka ustadz Alimin memberikan usulan bahwa untuk menaklukkan yahudi cukup dengan meruntuhkan pondasi hegemoni mereka atas dunia , yaitu moneter dan ekonomi . Cara ini sudah pernah di contohkan oleh Rasulullah SAW . Yaitu ketika beliau kesulitan meruntuhkan benteng Khaibar yang dihuni Yahudi, beliau tidak menyerang dinding-dinding kukuhnya dengan frontal. konon, mereka mampu bertahan setahun di dalamnya tanpa suplai perbekalan baru dari luar. ini luar biasa. kita juga melihat hal serupa di zaman ini, dalam diri kaum yahudi modern
tetapi, Rasulullah tahu persis, bahwa kaum yahudi itu materialis. mereka lebih berat kepada dunianya dibanding apapun. maka, beliau memerintahkan para sahabat membakar dan menebangi kebun kurma yahudi yang ada di luar benteng.

dan, Rasulullah benar, sebab tidak lama setelah menyaksikan pohon-pohon mereka tumbang dan asap membumbung melumat kebun-kebun mereka, moral mereka jatuh dan tak menunggu lama menyerah dengan menghiba-hiba.
maka, adalah berat bagi kita menyerang mereka dewasa ini, yang didukung amerika dan sekutunya. tetapi, ingatlah, mereka semuanya adalah kapitalis-materialis, sehingga kuncinya adalah "dunia" ini

runtuhkan kekuatan ekonomi dan moneter mereka, dengan boikot, dan juga dengan meninggalkan riba, serta meninggalkan "ke-yahudi-an" dalam pemikiran, kultur, dan kepribadian

lebih jauh lagi , yahudi adalah ideologi, sehingga bisa saja kita samasekali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka secara politis dan biologis. namun, banyak dari kita yang adalah yahudi sejati ditinjau dari ideologi yang kita praktekkan.

banyak orang Islam yang hidup tidak dengan cara Islam, tetapi dengan cara yahudi. menumpuk harta dan enggan berinfak, berkubang dalam riba dan tidak mau berpisah darinya, berspekulasi di bursa saham, lebih terpukau oleh materi dan tampilan fisik (modelling, sinema, entertainment, rumah mewah, kendaraan bagus, dsb), mendewakan akal dan mengakali wahyu, banyak lagi....

bersihkan diri, keluarga, teman, lingkungan dari keyahudian ini, dan kita akan menumbangkan mereka tanpa perang dan pertumpahan darah.
jika "dunia" mereka kita robohkan, percayalah mereka akan datang berlutut dan menghiba-hiba
pesan penting syair ... "khaibar! khaibar! ya yahud! jaisyu muhammad saufa ya'ud!" ... bukan pada kekuatan militer, tetapi keruntuhan moral mereka.
tangkap pesan dalam sirah, bahwa yahudi khaibar pada akhirnya tidak dijatuhkan dengan kekuatan militer, namun melalui ekonomi
jadi ... boikot, tinggalkan riba, jauhi keyahudian ... insya Allah kemenangan itu akan diberikan-Nya . Dan mungkin cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dibanding dengan hanya mengirim misil ke pemukiman Yahudi . Tapi saya yakin , cara ini akan lebih berhasil . Karena seberapa besar kerusakan yang diderita oleh yahudi , selama pondasi mereka tidak d hancurkan , mereka akan tetap bisa membangun kembail persenjataan dan peradaban mereka . dan tentu saja , cara ini lebih manjur daripada sekadar memaki .

wallahu a'lam

===

P.S. : tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam artikel ini terdapat kesalahan . maka koreksi adalah suatu hal yang diharapkan .


Jangan Mempermainkan Allah [Sebuah Nasehat untuk Saya dan Anda]

Manshur bin Amar berkata “Saya mempunyai seorang kawan yang tak henti-hentinya melakukan maksiat.Suatu saat ia bertobat.Saya melihatnya banyak melakukan ibadah dan shalat tahajud.Beberapa hari saya kehilangan dia,ternyata saya mendapat kabar bahwa dia sakit.Saya pergi menjenguknya,sungguh terkejut ketika saya menyaksikan mukanya kelihatan hitam,matanya belalakan,dan bibirnya sangat keras.

Saat berbicara dengannya saya sangat takut,”Kawan,perbanyaklah mengucapkan La Illaha Illallah!” Ia membuka matanya melihat padaku,lalu pingsan. Setelah ia sadar,saya berkata lagi,”kawan perbanyaklah mengucapkan La Illaha Illallah!” Ia membuka mata dan berkata padaku “Mansur saudaraku,Kalimat itu telah terhalang olehku.”

Mendengar kata-katanya saya lantas berkata,”Tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Allah Yang Maha Luhur & Maha Agung. Dimana sholatmu,puasa,tahajud dan ibadah lainmu itu?” Ia menjawab,” Semua itu saya persembahkan bukan untuk Allah.Saya lakukan berpura-pura supaya disebut orang banyak bahwa saya telah sadar dan termasuk orang yang soleh. Ketika saya sendiri saya kembali melakukan maksiat.Saya masuk kamar,saya kunci,dan saya kembali meneguk minuman keras serta melakukan maksiat yang lain di hadapan Allah.”

“Suatu hari saya tertimpa penyakit bahaya,saya minta putri saya untuk mengambil Al-Quran,kemudian saya berkata,” Ya Allah demi kebenaran Al-Quran yang agung ini,berikanlah kesembuhan untukku dan saya tidak akan melakukan dosa lagi.” Allahpun memberi kesembuhan padaku.Tapi aku kembali melakukan kebiasaanku bermaksiat,aku sepenuhnya sadar hal tsb salah tapi aku melakukannya terus..Setanpun melupakan janji yang telah saya buat dengan Allah. Sayapun meneruskan kebiasaan berdosa,tetap beribadah tetapi tetap melanggar larangannya.

Sampai suatu saat saya menderita sakit yang hampir merenggut nyawa, sayapun kembali mengambil Al-Quran,dan memohon kesembuhan kepada Allah dengan berjanji tidak akan melakukan dosa lagi.Dan Allahpun mengabulkan doa saya,menyembuhkan saya untuk kedua kalinya.Tetapi apa lacur,saya susah meninggalkan kebiasaan saya berbuat dosa. Sampai saya sakit untuk ketiga kalinya. Kali ini sayapun memohon kepada Allah kembali untuk disembuhkan dengan membawa Al-Quran seperti sebelumnya.

Tapi kali ini aneh..ketika saya buka Al-Quran itu,tidak tampak satu hurufpun yang bisa saya baca. Saya tahu mungkin Allah marah pada saya,karena berkali-kali saya berjanji taubat namun tidak saya tepati. Lalu saya mendengar suara dari atas seperti ini:
” Engkau bertobat ketika sakit dan kembali kepada dosa ketika sehat.
Sering sekali kesusahanmu,berkali-kali engkau dijauhkan dari petaka yang menimpamu.
Apakah engkau tidak khawatir kematian datang menemuimu?
Padahal dirimu dalam dosa yang terus engkau lupakan..”

Manshur bin Amar berkata,”Demi Allah tidaklah saya keluar dari rumahnya,melainkan mataku penuh dengan berbagai pelajaran.Belum sampai saya keluar pintu,tiba-tiba saya mendengar ia meninggal.”

Today : 1 Muharram 1430 H

Ada yang tahu hari ini hari apa ? Gak tau ? wah , , berarti perlu liat kalender juga . Udah liat kalender tp g liat sesuatu yang spesial ? Yah , , mesti liat kalender hijriyah nih . Udah habis ya tanggalnya ? Ya iyalah lha wong hari ini 1 Muharram . . ! ! Nyadar g ? Klo nyadar , ya Alhamdulillah . klo g nyadar , berarti harus lebih care lagi . Kenapa ? Karena kita lebih hapal tahun baru masehi daripada tahun baru hijriyah . Klo seandainya saya tanya , , 1 Januari 2009 kena pas hari apa ? pasti pada langsung tau klo jawabannya hari kamis . Bahkan ada yang udh rencana ntr taon baru ama sapa , ngapain , dimana , dsb .

Apa yang sebaiknya kita lakukan di malam tahun baru ? Bermuhasabah . ini adalah langkah yang patut d lakukan oleh setiap muslim . Karena hanya dengan muhasabah maka kita bisa menjadi lebih baik dari yang saat ini . Tentang muhasabah , ada satu artikel yang menarik untuk di renungkan .


Berikut isi dari artikel tersebut :

Sudahkah ku jauhkankah ku dari segala kekufuran? Sudah hijrahkah aku?

Sedangkan aku masih sering menunda sholatku, karena lebih mementingkan pekerjaanku, acara TV, membaca buku, tidur…

Bila ku bersedekah masih ada yang memberatkan dalam hati, masih ada rasa su’udzon kepada sang penerima sedekah. Dan juga masih sedikit, setitik garam dilautan… masih kuhitung rejeki ku, padahal kan rejekiku itu sudah Allah tetapkan untuk ku…

Membaca Al Qur’an? masih lebih banyak aku membaca majalah atau membaca buku.

Puasa sunnahku masih jarang dan selalu harus di ingatkan dan dimotivasi.

Qiyammul Lail ku? masih belum kudapatkan kekusyu’an itu…

Dan sampai hari ini, masih belum dapat kusenangi hati kedua orang tuaku, dan masih kubebani mereka dengan kewajiban mereka terhadapku.

Ya Allah kau ciptakan Manusia termasuk aku, dengan penuh kemuliaan, tetapi setelah ku tercipta, ku jalani hidupku dengan kenistaan.

Ya Allah aku memang tidak semulia pada saat engkau ciptakan aku, tetapi apakah aku dapat terus berusaha untuk mendapatkan kemuliaan itu kembali dihadapanmu nanti di akhir hidupku?

Ya Allah berilah aku kesempatan untuk memperbaiki diriku ini dan lebih dapat mendekatkan diriku padaMU

Dalam lisanku sering ku ucapkan bahwa KAUlah satu-satunya Sesembahanku, tetapi dalam keseharianku KAU sering ku tinggalkan demi sesembahan yang lain, dunia.. Astaghfirullah..

Ya Allah, jangan kau marah pada ku, jangan kau tarik hidayah ku…
Aku tak tau apa yang harus kuperbuat bila kudapatkan marah MU dan tak kupunya lagi hidayah MU


semoga dengan bertambah tahun , bertambah pula keimanan kita . Dan bertambah pula manfaat yang dapat kita berikan bagi sesama . akhir kata , saya mengucapkan :

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH 1430 H



Masihkah Anda Mengeluh ?

Well , , artikel ini berhubungan dengan sifat manusia yang amat manusiawi . Yaitu tentang mengeluh . Dan pertama kali baca di blog mbak restya dan mas indra , saya merasa tersindir . Hufh , , Sering kasih nasehat tapi malah diri ini patut di nasehati . Dan artikel ini bukan bertujuan untuk menggurui , karena saya lebih pantas untuk di guru-i . :-)

Tapi mungkin ini pantas untuk kita jadikan bahan renungan . Secara saat ini Indonesia dan dunia lagi di timpa krisis ekonomi yang hebat .

Mengeluh memang sifat yang manusiawi . Sehingga pantas jika kita mengeluh . Toh kita bukan malaikat yang tidak punya nafsu atau keinginan . Kita punya nafsu dan keinginan tersebut , maka kita akan mengeluh jika kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan . Atau jika kita mendapatkan suatu ujian .

Namun agaknya ayat berikut patut kita jadikan renungan .

Sunnguh manusia diciptakan bersifat suka mngeluh . Apabila ditimpa musibah dia berkeluh kesah . Dan apabila dia mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir . (Q.S. 70 : 19-21)


Berarti wajar jika kita berkeluh kesah ? Bukankah itu sifat manusia sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran ? Nah , , dalam ayat selanjutnya :

Kecuali orang - orang yang melaksanakan shalat . Mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya . Dan Orang - orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu . Bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta . Dan orang - orang yang mempercayai hari pembalasan . Dan orang - orang yang takut akan adzab dari Tuhannya . (Q.S. 70 : 22-27)


Masih shalat ? Masih menunakan zakat ? Masih takut akan adzab Allah ? Lalu masihkah kita berkeluh kesah jika kita termasuk golongan yang tidak patut untuk berkeluh kesah ?
Mungkin hanya Anda yang bisa menentukan jawaban terbaek bagi diri Anda .

Namun sebagai penutup , ijinkan saya menulis sebuah hadist yang bersumber dari Imam Muslim rahimahullah .

Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang demikaian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah kebaikan baginya.”
(HR. Muslim )


Hadist yang cukup terkenal sebenarnya . Tapi sebagai pengingat kita kembali .

Semoga artikel ini bisa menjadikan semangat baru bagi kita (penulis terutama) . Bahwa apapun yang terjadi , kita tidak boleh mengeluh . Jika memang terpaksa mengeluh , maka mengeluhlah sewajarnya dan kembali ingat ayat dan hadist di atas .

thx for :
[+]mbak restya atas artikelnya
[+]mas indra untuk artikel yang serupa

untuk adekQ :
[+]sakit jangan jadi ajang untuk mengeluh . tapi ajang untuk berjuang . setuju ? :D

Tentang Perayaan Natal

Berkaitan dengan Hari Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember lusa dan berlaku setiap tahun , saya mendapat beberapa pertanyaan dari teman saya tentang hal ini . Dan pertanyaan tersebut selalu berulang setiap tahun . Diantara pertanyaan tersebut adalah :

1. Bolehkah seorang muslim mengucapkan selamat natal bagi umat nasrani ? Mengapa ?
2. Bukankah Islam menganjurkan untuk mengucapkan selamat Natal ? berdasarkan ayat :


"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
[QS. Maryam :33]

3. Bukankah Islam mengajarkan untuk menghormati agama lain ? Lalu kenapa tidak boleh mengucapkan selamat Natal ?
4 . Selama tidak ikut menyakini bahwa Yesus adalah tuhan , kan kita boleh aja mengucapkan selamat Natal ?
5. Bolehkah kita menerima hadiah Natal ?

Pertanyaan di atas adalah sedikit dari pertanyaan sejenis yang menyangkut perayaan Natal dan hukumnya bagi seorang muslim . Menjawab pertanyaan diatas , saya sadar bahwa saya bukanlah seorang ahli fiqh , hadist , maupun mempunyai kelebihan dalam ilum agama . Maka saya menjawab pertanyaan di atas berdasarkan jawaban para Ulama yang sudah lebih ahli dan insyAllah pendapat para Ulama tersebut dapat di pertanggungjawabkan .

Untuk pertanyaan pertama , ada 2 pendapat . Pendapat pertama adalah dari Ibnu Qayyim Rahimahullah , Ibnu Taimiyah , dan pengikutnya seperti Syekh Ibnu Baaz dan Syekh Ibnu Utsaimin .

Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ahkam Ahl adz-Dzimmah, beliau berkata,
Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap Hari-Hari besar mereka dan puasa mereka, walau sekadar mengucapkan, Semoga Hari raya anda diberkati atau anda yang diberikan ucapan selamat berkenaan dengan perayaan hari besarnya itu dan semisalnya .


Adapun alasan mengapa Ibnu Qayyim menulis seperti itu adalah disebabkan perayaan natal termasuk bagian dari syiar umat Kristen dan mengucapkan selamat Natal serta merayakannya termasuk dalam tasyabbuh . Tasyabbuh sendiri secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).

Pendapat kedua berasal dari jumhur ulama kontemporer seperti Syekh Yusuf Al-Qardhawi yang memperbolehkan mengucapkan selamat Natal . Namun pengucapan selamat Natal diperbolehkan apabila orang Nasrani yang bersangkutan itu termasuk dalam katagori cinta damai . Terlebih lagi jika ada hubungan khusus antara kita dan mereka , seperti kerabat , teman kerja , dsb . Dan seperti umat Nasrani mengucapkan selamat hari raya kepada umat Islam , maka umat Islam boleh mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani . Hal ini didasarkan pada ayat yang berbunyi :

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 86)


Senada dengan Dr. Yusuf Al-Qardhawi , Dr. Mustafa Al-Zarqa' menyebutkan dalam fatwanya (saya kutipkan sedikit dan lihat di sini untuk lengkapnya):

"Mengucapkan selamat/tahniah pada Hari Cristmas kepada kenalan mereka dari kalangan penganut Kristen, menurut pendapat saya adalah dari sudut mujamalah dan muhasanah (berbudi bahasa dan menjaga pergaulan yang baik). Islam tidak melarang kita mujamalah seperti ini terhadap mereka. Terlebih lagi al-Masih a.s. di dalam aqidah kita adalah salah seorang dari para rasul Ulul Azmi. Al-Masih juga manusia agung di sisi kita. Hanya, umat Kristen melampaui batas sehingga meng-I'tiqadkannya sebagai Tuhan."

Sebagai tambahan pula, kadangkala kaum muslimin didatangi oleh sahabat handai taulannya dari kalangan penganut Kristen pada Idul Fitri dan Idul Adha serta mengucapkan tahniah/selamat Hari 'Ied. Jika hal ini tidak dibalas pada hari Christmas, maka ini hanya akan menyokong lagi apa yang telah dituduhkan terhadap umat Islam, yaitu sikap kasar dan sikap tidak mau berkompromi dengan orang lain."

Adapun info tentang Dr. Mustafa Al-Zarqa' dijelaskan oleh Sheikh Kamin . Kutipan dari penjelasan beliau tentang Dr. Mustafa Al-Zarqa' (ulama fiqh kelahiran Syria, 1904-1999) adalah sebgai berikut :

Professor Mustafa Al-Zarqa’s high standing as a scholar was recognized throughout the Muslim world. He served for many years on the Islamic Fiqh Council (Majmaa’ Al-Fiqh Al-Islami) in Makkah and was a member of the Consultative Council of the Islamic University of Madinah. In 1984, he was awarded the King Faisal International Prize for his work on Islamic Fiqh. Later he was to serve on the award committee of this prize.

What is most significant in Mustafa Al-Zarqa’s work in the field of Fiqh is the fact that he looks at Islamic rules from a very broad perspective which is, to him, exceedingly important, since Islam is meant to be implemented in all societies and at all times. Hence, the flexibility and practicality of its laws in all human situations must be evident. It will not be so if Muslim scholars limit themselves to a certain social model, trying to recreate it in our modern times.

There could be many models of Islamic society to suit every age and every community. The important thing is that the basic rules and principles of Islam must be observed. Within this framework people may conduct their lives as they wish. Hence, it is the duty of scholars to consider new issues and give rulings on them to determine their permissibility from the Islamic point of view. Throughout his life, Mustafa Al-Zarqa continued to show his interaction with the social problems of the Muslims, considering solutions that are acceptable from the Islamic point of view.


Selain itu , berkaitan dengan fatwa Dr. Mustafa Al-Zarqa' , Sheikh Kamin (Cyber Fiqh al-Ahkam online) yang membahas hal ini juga tak kalah memberi penekanan bahwa:

"Namun demikian, sebagai orang Islam, ketika berkunjung di rumah orang tua yang beragama Kristen, kita haruslah menjaga kesucian agama kita. Sebagai contoh, kita dilarang menyertai acara-acara ritual mereka seperti menyanyikan lagu-lagu Natal, menjaga makan minum kita, menjaga waktu sholat, dengan arti kata bila masuk waktu sholat, kita akan mendirikan sholat walau dalam keadaan apa sekalipun. Tidak ada kompromi di dalam persoalan diatas. Kedatangan kita di majelis atau perayaan tersebut hanyalah bersifat berlaku ihsan (hormat dan menunjukkan sikap yang baik) kepada kedua ibu bapak dan menjalinkan silaturahim dengan adik beradik kita dan bukan karena untuk menyambut perayaan mereka."


Bagaimana berkompromi dengan hal ini ? Dalam artikel ini di jelaskan pendapat seoran sheikh pengasuh sebuah fiqh cyber Al-Ahkam . Jawaban dari sheikh tersebut menjawab kebingungan saya terhadap dua pendapat di atas .

Beliau mengatakan bahwa:

"Isu "mengucapkan Merry Christmas" ini adalah isu khilafiah. Pendapat yang melarangnya adalah dari madzhab ahli hadith yang berpegang dengan zahir nas. Adapun yang membolehkannya pula ialah dari aliran fiqih.

Yang amat keras melarangnya ialah dari madzhab Imam Ahmad, seperti Syaikhul Islam Ibn Taymiyah (Iqtidha') dan Lajnah Daimah, buhuth, ifta' kerajaan Arab Saudi. Sedangkah yang membolehkan ialah dari kalangan ahli fiqh tarjih dan muqaran, seperti Syaikh Dr al-Qardhawi, Dr. Mustafa al-Zarqa' dan Lajnah Mufti Islam Online."


Bagaimana kita berkompromi dari dua aliran ini? Maka menurut Sheikh tersebut :

"Pendapat yang paling benar ialah dari ahli hadith kerana itulah sikap salaf terhadap Yahudi dan Nasaraa. Adapun pendapat ahli muqaran seperti Syaikh Mustafa alZarqa' dan alQardhawi atau Mufti Islam Online adalah bersifat kasus demi kasus bagi umat Islam yang menetap di negara kristian, menjadi penduduk minoriti, hidup dalam sebuah negara modern yang komposisi kaum yang multiracial dan kehidupan antara kaum yang tidak bermusuhan dan mereka saling hidup aman dan damai."

Maka fiqih yang ini dinamakan Fiqh alAqalliyat atau Fiqh Minoritas.

Kemudian, beliau menambahkan lagi pendapatnya:

"Hukum dan Fatwa ini penting bagi orang Islam yang menetap di Mesir, di mana kaum Kristian Qibti adalah penduduk asal Mesir, juga penduduk Lebanon, Syria dan Palestine, di mana penduduk Kristian adalah penduduk asal di situ (hubungan antara Qibti dan Kristian di tanah Arab adalah amat baik) Juga orang Islam yang pergi ke Barat, menuntut ilmu dari dosen Kristian yang banyak menolong dan mengajar orang Islam akan ilmu dan teknologi, juga orang Islam yang berhijrah ke Barat dan menjadi warga EC dan USA. Juga orang Islam yang ada bisnis di sana, juga orang Islam yang mendapat rawatan dari dokter-dokter pakar kristian dan hospital tercanggih di Barat.

Maka umat Islam yang menerima kebaikan, ihsan dan ada hubungan kekeluargaan dan hubungan seperti dosen dan guru ini inginkan hukum, apakah boleh mereka mengucapkan 'Merry Christmas kepada dosen Kristian mereka, kepada dokter dan perawat Kristian yg merawat mereka, kepada rekanan perniagaan mereka yang beragama Kristian.

Maka hukum asalnya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Taymiyah. [HARAM]

Tapi perkembangan dan adanya perkembangan keadaan dan realitas, maka keluarlah fatwa Qardhawi dan Mustafa alZarqa itu. Fatwa mereka ini bukanlah suatu yang aneh, kerana sahabat bernama Abdullah bin Abbas adalah sahabat yang pertama memberi salam, 'Assalamu'alaikum kepada orang Majusi.' "


Di akhir tanggapan, beliau menitipkan nasehat kepada saya, rasanya baik juga kepada ikhwah sekalian. Beliau yang semoga dimuliakan ALlah Ta'ala mengatakan,

"Maka nasehat saya adalah, persoalan Fatwa memang ada fatwa yang keras dan ada fatwa yang lembut bergantung kepada siapakah ahli fatwa tersebut, dimana ia dikeluarkan dan apakah situasi yang menyebabkan fatwa itu berubah dan juga aliran atau manhaj ahli fatwa tersebut."

Beliau kemudian memberikan contohnya yang lain (perbedaan fatwa):

"Sheikh atau muhadith al-Albani banyak berbeda pendapat dengan salafiyah Kerajaan Saudi Arabia (KSA). Contohnya:

- al-Albani membolehkan wanita haidh dan orang berjunub menetap di mesjid; tapi salafiyah KSA memfatwakan haram wanita haidh menetap di mesjid.
- al-Albani tidak membolehkan wanita memakai emas yg melingkar (gelang dan cincin), tapi ulama' KSA membolehkan.
- al-Albani membolehkan wanita membuka wajah. Ulama' KSA melarang wanita membuka wajah.
- al-Albani membid'ahkan sedekap selepas i'tidal, ulama' KSA menyuruh bersedekap.
- ulama' KSA mengharamkan fotografi temasuk kamera pada handphone.
- ulama' Saudi mengharamkan pemberian license mengemudi kepada wanita Saudi.

Itu beberapa contoh variasi dalam fatwa."

Kembali pada bagaimanakah hukum Mengucapkan Selamat Natal, maka harus diperhatikan bahwa pendapat yang rajih (kuat) adalah melarang pengucapan tersebut.

Pendapat dari Sheikh Dr al-Qardhawi, sebagai ahli fiqh lebih kepada HUKUM ISTITHNA'IYAT (kasus-kasus yang jarang/terkucil) di mana kondisi ini terjadi pada orang-orang Islam yang perlu mengucapkan Selamat Natal (Merry Christmas) karena keperluan yang mendesak atau hanya strategi saja.

Pembahasan dari sheikh tersebut hanya berkaitan dengan pengucapan selamat Natal . Adapun perayaan Natal , mengikutinya adalah HARAM .

Menjawab pertanyaan kedua , ayat diatas TIDAK berarti kita harus mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani setiap tanggal 25 Desember .

Itu adalah doa Nabi Isa yang artinya semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadanya pada hari/saat dia DILAHIRKAN (bukan setiap tanggal 25 Desember sekarang, di mana dia sudah tidak lahir lagi), pada hari dia meninggal, dan pada hari dia dibangkitkan kembali.

Jika itu adalah "perintah" mengucapkan selamat Natal, niscaya Nabi Muhammad SAW yang merupakan manusia terbaik akan melaksanakannya.

Pada pertanyaan ketiga , kita dianjurkan untuk menghormati agama di luar Islam . Tapi ingat , ada batasannya . Yaitu ayat :

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Al Kafirun : 6)


Dengan demikian , penghormatan kita kepada non-muslim tidak boleh melanggar prinsip kita sebagai muslim . Pun dalam bentuk penghormatan tidak harus pengucapan selamat Natal dan ikut merayakan . Tapi salah satu bentuk penghormatan kita adalah dengan ikut menjaga ketentraman ketika mereka sedang merayakan Natal .

Sedangkan jawaban bagi pertanyaan terahir adalah kita tidak dilarang untuk menerima berbagai hadiah dari mereka karena sesungguhnya Nabi saw telah menerima berbagai hadiah dari non muslim seperti al Muqouqis Pemimpin al Qibthi di Mesir dan juga yang lainnya dengan persyaratan bahwa hadiah itu bukanlah yang diharamkan oleh kaum muslimin seperti khomer, daging babi dan lainnya.

Demikian sedikit penjelasan dari saya . Sekali lagi , saya bukanlah seorang ahli fatwa sehingga besar kemungkinan apa yang saya tulis terdapat kesalahan . Baik itu kesalahan redaksi maupun tulisan serta makna . Maka apabila ada kesalahan , mohon bersedia untuk membantu membenarkan . Akhir kata , menyikapi pengucapan selamat Natal , ada beberapa pendapat ulama yang berbeda , namun mempercayai bahwa peringatan Natal adalah peringatan kelahiran Nabi Isa AS adalah HARAM . Pun hukumnya sama dengan ikut merayakan Natal (sudah di jelaskan di atas) .


sumber :
[1] Al-Quran Al-Karim
[2] http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/hukum-mengucapkan-selamat-natal.htm
[3] http://malay.bismikaallahuma.org/hukum-ucapan-merry-christmas-selamat-hari-natal/
[4] http://www.mail-archive.com/is-lam@milis.isnet.org/msg01378.html
[5] http://aqidahislam.wordpress.com/2007/06/18/pemahaman-dasar-tentang-tasyabbuh/
[6] http://abuaufa.multiply.com/reviews/item/15
[7] http://www.arabnews.com/?page=5§ion=0&article=2728&d=11&m=6&y=2001

Sekadar Ucapan Maaf

Untuk mereka yang sedang berjuang mempertahankan jilbabnya .

Artikel ini tidak bermaksud men-judge siapapun . Maupun tidak dalam rangka menjelaskan tentang kewajiban jilbab bagi muslimah . Tapi artikel ini hanya berisi perasaan saya ketika ada salah seorang muslimah yang dikarenakan oleh peraturan harus melepas jilbabnya .

Jujur , setiap kali mendengar berita bahwa salah seorang teman saya harus melepas jilbab karena sekolah tidak memperbolehkan , hati saya terasa teremas . Betapa pengaruh dari barat sudah begitu mengakar pada regulasi negara-negara maju . Sehingga untuk muslimah yang hendak menjalankan perintah agama pun harus dilarang dengan keras . Suatu hal yang tidak akan kita jumpai pada pemeluk agama selain Islam . Saya sering membandingkan , mengapa muslim yang berjenggot dianggap sebagai teroris dianggap sebagai teroris sedangkan para rabi yahudi yang berjenggot dianggap sebagai pemeluk agama yang taat ? Mengapa memakai jilbab bagi muslimah dianggap memalukan sedangkan bagi suster memakai penutup kepala adalah suatu kebanggaan ? Mengapa menggunakan baju kurung bagi muslimah dianggap aneh sedangkan mereka yang memakai hot pants dan tank top justru dianggap modis ? Mengapa ? dan lagi-lagi saya hanya bisa bertanya mengapa .

Sekalipun dalam qur'an sudah dijelaskan bahwa :

Tidak akan ridha orang yahudi dan nasrani sebelum kalian memeluk agama mereka . (QS : 2 : 120)


tapi dalam hati ini masih timbul rasa ketidakpuasan atas ketidakadilan yang menimpa saudara - saudari saya . Saya hanya bisa menangis , ketika ada saudari yang terpaksa lepas jilbab dikarenakan peraturan . Pun ketika ada perawat yang tidak boleh bekerja lagi dikarenakan peraturan juga .

Saya tidak hendak menyalahkan pemerintah , perusahaan , maupun instansi yang memberlakukan regulasi tersebut . Karena bisa jadi mereka memberlakukan peraturan tersebut tanpa ada pertimbangan dari kalangan muslim sebagai pihak yang terkena regulasi , dan tentu saja , kepentingan yang berbeda . Saya juga tidak hendak menyalahkan saudari yang melepas jilbabnya karena regulasi tersebut . Karena setiap orang mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda . Ada yang lebih mementingkan pekerjaan ataupun pendidikan dibanding agamanya , dan ada pula yang sebaliknya . Tapi saya lebih menyalahkan diri saya sendiri . Betapa diri ini lemah dan tidak berdaya . Ketika ada saudara muslim saya sedang di dzolimi , saya hanya bisa berdoa . Berdoa semoga diberi kekuatan dalam melewati fase hidup tersebut . Berdoa agar para pembuat regulasi berpikir ulang dalam menerapkan suatu undang-undang . Dan yang pasti , berdoa agar suatu saat nanti saya bisa memberikan kontribusi dalam hal ini .

Maka , sebagai akhir dari artikel ini , saya hendak menyampaikan pesan pada para muslimah yang memakai jilbab namun belum menjilbabi hatinya .

Sesungguhnya kalian harus bersyukur karena tidak diberi kesusahan dalam menjalankan perintah Allah . Sedangkan di belahan bumi yang laen , ada seorang muslimah yang terpaksa dikeluarkan dari kampus hanya gara-gara masalah yang sama . Jadikanlah jilbab bukan hanya sekadar mode , tapi sebagai suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan . Dan jangan lupa , apabila Anda sudah memutuskan untuk berjilbab , tunjukkan bahwa Anda pantas dengan jilbab itu . Berperilakulah sebagaimana istri rasul memperlakukan jilbab mereka . Tidak sekadar menutupi kepala , tapi juga penutup hati . Pencegah kita jika kita hendak melakukan sesuatu yang melanggar aturan Allah . Dan jangan sampai kita menjadikan kecintaan kepada selain Allah diatas Allah itu sendiri .


Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah . Adapun orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah . Sekiranya orang yang berbuat dzalim itu melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat siksaNya (nisacaya mereka akan menyesal) . (QS : 2: 165)


Didedikasikan bagi muslimah yang sedang berjuang untuk mendapatkan haknya kembali . Semoga Allah memberikan keringanan untuk kembali melaksanakan perintahNya .

Quotes of the Day

Recent Comments

Followers

Shev's bookshelf: read

OutliersKetika Cinta Bertasbih5 cmLaskar PelangiSang PemimpiEdensor

More of Shev's books »
Shev Save's  book recommendations, reviews, favorite quotes, book clubs, book trivia, book lists