Beberapa hari ini portal berita Indonesia sedang hangat-hangatnya mewartakan tentang 2 hal. Demo yang terjadi di Mesir dan kerusuhan yang terjadi di Cikeusik yang berkaitan dengan Ahmadiyah. Kedua hal tersebut menarik perhatian saya dan disela-sela waktu belajar untuk final exam, saya menyempatkan untuk mencari informasi tentang Mesir dan Cikeusik. Pada kesempatan kali ini, saya tidak akan membahas tentang demo di Mesir, sekalipun ada banyak hal dan pertanyaan yang ingin saya sharing. Akan tetapi saya lebih memilih untuk menyampaikan pendapat saya tentang hal yang kedua, yaitu Ahmadiyah. Asal mula kenapa saya memutuskan untuk membuat artikel sendiri tentang hal ini bermula dari diskusi di status FB salah satu adik kelas saya semasa SMA yang mendukung Ahmadiyah dan menyarankan untuk pembubaran FPI. Apa yang saya tulis disini adalah alasan yang dia kemukakan dan jawaban saya. Sebagai informasi, saya tidak berada di pihak FPI ataupun warga yang berbuat kekerasan di Cikeusik dan saya tahu bahwa kapasitas saya masih jauh dari seorang alim. Apapun yang saya share disini tidak lepas dari kesalahan dan saya berharap koreksinya.
Tentang Ahmadiyah
Agar kita berada dalam satu paham dan alasan mengapa Ahmadiyah dianggap sesat, ada baiknya saya memulai dari penjelasan singkat tentang ajaran Ahmadiyah. Penjelasan tentang paham mereka saya ambil langsung dari situs resmi mereka : http://www.alislam.org. Berikut adalah penjelasan singkat tentang Ahmadiyah oleh mereka sendiri.
The Ahmadiyya Muslim Community is a dynamic, fast growing international revival movement within Islam. Founded in 1889, it spans over 195 countries with membership exceeding tens of millions. Its current headquarters are in the United Kingdom.
Ahmadiyya Muslim Community is the only Islamic organization to believe that the long-awaited Messiah has come in the person of Mirza Ghulam Ahmad(as) (1835-1908) of Qadian. Ahmad(as) claimed to be the metaphorical second coming of Jesus(as) of Nazareth and the divine guide, whose advent was foretold by the Prophet of Islam, Muhammad(sa). Ahmadiyya Muslim Community believes that God sent Ahmad(as), like Jesus(as), to end religious wars, condemn bloodshed and reinstitute morality, justice and peace. Ahmad’s(as) advent has brought about an unprecedented era of Islamic revival. He divested Islam of fanatical beliefs and practices by vigorously championing Islam’s true and essential teachings. He also recognized the noble teachings of the great religious founders and saints, including Zoroaster(as), Abraham(as), Moses(as), Jesus(as), Krishna(as), Buddha(as), Confucius(as), Lao Tzu and Guru Nanak, and explained how such teachings converged into the one true Islam.
Ahmadiyya Muslim Community is the leading Islamic organization to categorically reject terrorism in any form. Over a century ago, Ahmad(as) emphatically declared that an aggressive “jihad by the sword” has no place in Islam. In its place, he taught his followers to wage a bloodless, intellectual “jihad of the pen” to defend Islam. To this end, Ahmad(as) penned over 80 books and tens of thousands of letters, delivered hundreds of lectures, and engaged in scores of public debates. His rigorous and rational defenses of Islam unsettled conventional Muslim thinking. As part of its effort to revive Islam, Ahmadiyya Muslim Community continues to spread Ahmad’s(as) teachings of moderation and restraint in the face of bitter opposition from parts of the Muslim world.
Similarly, it is the only Islamic organization to endorse a separation of mosque and state. Over a century ago, Ahmad(as) taught his followers to protect the sanctity of both religion and government by becoming righteous souls as well as loyal citizens. He cautioned against irrational interpretations of Quranic pronouncements and misapplications of Islamic law. He continually voiced his concerns over protecting the rights of God’s creatures. Today, it continues to be an advocate for universal human rights and protections for religious and other minorities. It champions the empowerment and education of women. Its members are among the most law-abiding, educated, and engaged Muslims in the world.
Ahmadiyya Muslim Community is the foremost Islamic organization with a central spiritual leader. Over a century ago, Ahmad(as) reminded his followers of God’s promise to safeguard the message of Islam through khilafat (the spiritual institution of successorship to prophethood). It believes that only spiritual successorship can uphold the true values of Islam and unite humanity. Five spiritual leaders have succeeded Ahmad(as) since his demise in 1908. It’s fifth and current spiritual head, Mirza Masroor Ahmad, resides in the United Kingdom. Under the leadership of its spiritual successors, Ahmadiyya Muslim Community has now built over 15,000 mosques, over 500 schools, and over 30 hospitals. It has translated the Holy Quran into over 60 languages. It propagates the true teachings of Islam and the message of peace and tolerance through a twenty-four hour satellite television channel (MTA), the Internet (alislam.org) and print (Islam International Publications). It has been at the forefront of worldwide disaster relief through an independent charitable organization, Humanity First.
Bagian-bagian yang saya bold adalah bagian penting untuk pembahasan selanjutnya. Untuk memudahkan, saya akan merinci point-point tersebut:
- Di Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Penyelamat yang telah lama ditunggu.
- Ahmad mengklaim dirinya sebagai titisan Jesus dan utusan Tuhan yang kedatangannya telah diramalkan oleh Nabi Muhammad (red: Imam Mahdi).
- Dia juga menerima ajaran-ajaran kebaikan dari pendiri ataupun pemuka agama termasuk di dalamnya penyembah api, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, Krishna, Buddha, COnfucious, Lao Tzu, dan Guru Nanak dan menjelaskan bagaimana ajaran-ajaran tersebut disatukan menjadi Islam yang benar.
- Dia juga dengan tegas menegaskan bahwa jihad dengan pedang tidak ada dalam ajaran Islam dan sebagai gantinya adalah jihad dengan pena.
Kebebasan Beragama
Banyak orang mendengung-dengungkan kebebasan beragama ketika isu Ahmadiyah ini terangkat ke permukaan. Saya pribadi menghargai keputusan seseorang dalam memilih agama mereka, karena Allah SWT sendiri telah berfirman dalam Surat Al-Kafirun ayat 6:
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku
Ayat diatas merupakan panduan bagi seluruh muslim bahwa urusan antara manusia dengan Tuhan adalah hak setiap orang. Apakah dia hendak menjadi seorang Majusi, Nasrani, Yahudi, atau bahkan Atheis sekalipun tidak ada larangan. Akan tetapi ini menjadi salah kaprah ketika hal tersebut diterapkan di dalam agama yang sudah ada. Semisal seorang muslim berkata bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir. Pada saat dia meyakini hal tersebut, maka seketika itu pula status dia sebagai muslim sudah tercabut. Karena sebagaimana yang telah kita ketahui, syarat mutlak seorang muslim adalah Rukun Iman dan Rukun Islam. Lantas bagaimana dengan mereka yang meyakini bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir ? Mereka wajib memperbarui syahadat mereka. Lalu apakah Ahmadiyah masih pantas dianggap sebagai muslim ? Secara garis besar, Mirza Ghulam Ahmad mengakui sebagai Imam Mahdi. Adapun kriteria dari Imam Mahdi sudah dijelaskan dengan rinci dalam hadist dimana salah satunya adalah merupakan keturunan dari Rasulullah dan merupakan seorang dari bangsa Arab[1]. Dan secara otomatis, Mirza Ghulam Ahmad tidak sesuai dengan kriteria tersebut, dikarenakan dia terlahir di Punjab, India.
Pluralisme
Ketika kebebasan beragama tidak lagi bisa menjadi hujjah yang kuat, maka muncullah alasan berikutnya, yaitu asas Pluralisme dimana secara garis besar mempunyai pemahaman bahwa semua agama adalah sama benarnya. Dengan alasan ini, maka kehadiran Ahmadiyah adalah sesuatu yang 'diperbolehkan' karena dalam pluralisme tidak ada satu agamapun yang dianggap salah.
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa membedakan antara pluralitas dan pluralisme. Pluralitas berarti terdapat keberagaman agama dalam satu tempat. Dengan kata lain, kita tetap mengakui bahwa terdapat agama-agama lain selain Islam dan tetap menghormati mereka. Berbeda dengan pluralisme ketika kita menganggap tidak ada satu agamapun yang salah. Suatu hal yang mustahil sebenarnya. Karena dalam silogisme matematika, jika seseorang beragama Islam, maka dia akan meyakini bahwa agama dialah yang paling benar. Kalau di saat yang sama dia juga meyakini bahwa Kristen juga benar, maka silahkan saja menjadi seorang agnostic.
Madzhab
Adapula anggapan bahwa pada dasarnya Ahmadiyah itu hanyala sebuah madzhab. Anggapan ini tentu saja keliru. Sebab munculnya madzhab-madzhab adalah dikarenakan perbedaan penafsiran atau pendapat mengenai ayat dalam Al-Quran ataupun hadist. Selama dalam tahap yang diperbolehkan (tidak menyangkut tauhid), madzhab-madzhab tersebut diperbolehkan. Perbedaannya dengan Ahmadiyah adalah ajaran dalam Ahmadiyah sudah melewati batas yang diperbolehkan, yaitu sudah masuk dalam ranah tauhid. Maka secara otomatis status dari Ahmadiyah tidak bisa dikatakan sebagai madzhab.
Islam dan Kekerasan
Pada akhirnya, semua ini bermuara pada kekerasan yang dilakukan oleh warga Cikeusik terhadap jemaat Ahmadiyah. Dalam kasus ini, Ahmadiyah sebagai pihak yang teraniaya, tentu saja mendapatkan porsi simpati yang lebih besar. Sehingga rakyat umum pun langsung mencela warga (kalau di media disebutkan sebagai FPI) dan mendukung Ahmadiyah. Buntutnya, mereka menolak pembubaran Ahmadiyah dan lebih mendukung pembubaran FPI. Memang, saya pribadi kurang setuju dengan dakwah dengan kekerasan, sekalipun ada tuntunannya. Akan tetapi saya lebih tidak setuju lagi dengan adanya aliran sesat. Jika kita mau berpikir rasional, anggaplah FPI bersalah dengan melakukan kekerasan. Itu tidak akan menyebabkan mereka keluar dari Islam. Berbeda dengan Ahmadiyah. Apa yang mereka yakini, itu sudah menyebabkan mereka keluar dari Islam (dengan alasan yang telah disebutkan di atas). Ketika anda mampu bersikap objektif, maka anda akan mengetahui siapa yang mempunyai tingkat kesalahan paling besar dalam Islam.
Propaganda
Mungkin karena saya terlalu banyak baca tentang teori konspirasi, maka saya pun tidak langsung menentukan sikap ketika saya membaca kerusuhan Cikeusik untuk pertama kalinya. Di saat orang lain sibuk menghujat dan mencerca FPI, saya lebih memilih untuk melihat lagi apa yang sebenarnya terjadi. Karena berita yang ditampilkan hanya merupakan suatu akibat, maka harus ada sebabnya. Dan saya beruntung mendapatkan catatan dari seorang wartawan senior antv tentang kejanggalan pada peristiwa Cikeusik disini.
Kesimpulan
Secara garis besar, point penting dari apa yang saya bahas diatas adalah:
Melakukan tindak kekerasan atas nama agama itu bisa jadi salah. Akan tetapi penodaan agama itu jelas salah.
Sebagai tips, apabila tidak ingin terjadi tindak kekerasan lebih lanjut, ada baiknya Ahmadiyah mengikuti anjuran banyak orang yaitu dengan mendeklarasikan sebagai agama baru. Dengan begitu maka tidak ada kewajiban bagi umat Islam untuk ikut campur tentang keyakinan mereka.
----
[1] Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam Shifah al-Mahdi. Lihat ‘Iqd ad-Durar hlm. 36.
0 comments:
Post a Comment
It is my pleasure to get your best respond through your comment