Yang aku tahu, kalau bikin salah pasti dapat hukuman, entah dari mama, papa, guru, atau dari tatib. Mereka dengan senang hati menghadiahi sepaket hukuman cantik kalau aku bikin salah bahkan gratis piring yang nggak kalah cantik kalau udah tiga kali. Kesalahan dan hukuman itu memang kawan akrab. Soulmate-an gitu.
Tapi di sisi lain, aku lihat kesalahan itu…
Kesalahan itu berasal dari kata salah yang ditambah imbuhan Ke-an (sejuta rakyat indonesia juga tau!). Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jilid III, Kita dapat menemukan pengertian salah adalah tidak tepat, meleset dan sebagainya (panjang banget). Sedangkan kesalahan adalah bentuk kata benda dari salah yang berarti tidak sesuai dengan seharusnya.
Semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Kehidupan itu tidak pernah lepas dari salah. Orang yang tidak pernah berbuat salah tidak akan menunjukkan peningkatan kualitas hidupnya. Seperti yang telah kita semua ketahui, peningkatan adalah perubahan dari yang kurang baik menuju yang lebih baik. Sedangkan jika seseorang tidak pernah melakukan yang ‘kurang baik’-nya ini, maka kapan ia akan memberikan yang ‘lebih’? (sesuatu dikatakan lebih karena ada yang kurang, kan?) Kapan ia akan menunjukkan peningkatan dalan kehidupannya?
Dengan kata lain, orang yang pernah hidup tidak ada yang tidak pernah membuat kesalahan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah berbuat kesalahan tidak pernah hidup. (Bingung, kan? Sama. Kayaknya kalimatnya sama deh. Cuma dituker tempat subjek dan predikatnya aja, iya nggak?)
Orang pernah membuat kesalahan itu PASTI. Orang yang selalu membuat kesalahan juga PASTI, pasti bodoh. Ia tidak menggunakan akal yang ia miliki untuk meminimalisir kesalahannya. Ia menyia-nyiakan hidup yang cuma datang sekali.
Ada pula orang yang suka menghindari masalah, ia takut untuk berbuat salah. Tidak salah, tapi sepanjang hidupnya akan monoton. Jalan di tempat. Seperti zombi yang hanya menurut, diminta membuat ini, maka hasilnya ini. Idealis memang, tapi tanpa sensasi. Memang tidak akan ada kemunduran, tapi kemajuan pun tidak akan diraihnya. Ibarat sedang bermain ular tangga, si pemain takut untuk mengocok dadu karena ia takut berhenti di kotak ular. Di saat yang bersamaan, ia juga tidak mengambil kemunkinan untuk maku, akhrnya ia tidak pernah mencapai kotak finish (pasti lawannya marah-marah menunggu giliran main).
Jadi, kesalahan itu adalah pengalaman yang sangat berharga. Jangan terlalu dihindari.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, bukan karena kesalahan itu pengalaman yang baik, kita ber-revolusi menjadi manusia yang sengaja membuat kesalahan. Memang ada sensasi yang jauh lebih menarik jika melakukan kesalahan dan berhasil mangkir dari hukuman daripada menjadi orang yang terlalu patuh.
Maka dari itu ada orang-orang yang hobinya mencuri agar bisa kucing-kucingan dengan polisi (padahal mah main popolisian weh atuh), atau bolos saat ada ulangan (sst, ini pengalaman riil. Jangan ditiru, berbahaya! Mengandung gas metan yang mematikan).
Tapi hal ini sangat menyusahkan, melelahkan dan melahirkan masalah. Sepintar-pintar kita menyembunyikan nilai ulangan yang jelek, toh pasti akan ketahuan juga. Suatu saat akan ada hukuman yang datang menghampiri jika kita sengaja berbuat salah. Jangankan disengaja, yang tidak disengaja pun mungkin akan dikirimi hukuman.
Yang jauh lebih parah adalah menjadi orang yang suka mencari cari kesalahan orang lain (kayak tatib. Maaf, trauma Plist harap maklum!) Untuk yang satu ini, tidak akan dibahas sekarang.
Kalau kita sedang mengetik data di komputer, akan ada garis bawah merah yang menunjukkan kita salah mengeja (tidak berlaku untuk bahasa non bahasa inggris, bahasa prancis dan bahasa spanyol), sayangnya tidak ada garis bawah merah yang menunjukkan kita telah berbuat salah di kehidupan nyata. Di sinilah letak peran hati nurani. Hati akan menunjukkan kepada kita benar dan salah.
Kalau sedang bermain game, kita salah mengambil langkah, dengan mudah kita klik undo dan kesalahan itu dianggap tidak pernah terjadi. Atau jika kita bingung, daripada meneruskan game yang semakin sulit karena langkah yang salah, lebih baik kita ulangi dari awal, tinggal klik restart level dan semua masalah sirna.
Kadangkala, kita merasa ada sesuatu yang salah dalam diri atau hidup kita yang memang sejak awal sudah salah. Kita tidak bisa seenakanya klik undo atau restart level. Indahnya jika options ini ada di kehidupan nyata. Berhubung tidak, kita hanya tinggal menjalani apa yang telah kita perbuat, meneruskannya dan memperbaikinya. Karena, ada hukum perkembangbiakan kesalahan, “kesalahan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diminimalisir (dengan KB virus kesalahan), tapi kesalahan dapat diciptakan dengan mudah setiap saat (perkembangbiakannya cepat, terjadi ledakan penduduk virus kesalahan)”
Dec 17, 2008 |
3
comments
3 comments:
Kita tidak akan pernah belajar menjadi lebih baik apabila kita tidak pernah melakukan kesalahan..dari kesalahan malah justru kita berfikir untuk mencari cara yang tepat dan tidak mengulangi hal yang sama, iya gak?
Wow! Esensi dari kesalahan adalah pembelajaran. Di saat yang sama, hanya keledai yang jatuh (salah) di lubang yang sama (di masalah yang sama berulang2).
Mas kok cocok denganku yah pikirannya.... Ternyata seru juga mengeksplor tulisan dari mas Ahmad.... heuheuheueu...... (ni pujian = tulus... peace) Wkwkwkwkwk.......
Hidup tanpa kesalahan, meski terlihat sempurna, tapi takkan membawa kita ke jenjang yang lebih tinggi. Otot untuk menjadi lebih kuat, juga harus di rusak dulu proteinnya..... wow! Ni tulisan keren!!!
Yang lebih keren, aku menulis hal yang kurang lebih sama dengan tulisan mas.... Huehuehue..... kita kok cocok yah... hihihihihi........
@ #1 : iya mbak . klo enggak pernah salah , g bakal pernah belajar kn ?
@ #2 : oh ya ? bisa kasih URL tulisan km g ? jujur , ini artikel ini aq idenya aq dapet setelah baca salah satu artikel di internet . tp udh lupa alamatnya . mungkin aja yang q baca tu artikel km . :)
Post a Comment
It is my pleasure to get your best respond through your comment