Meloncat Mainstream

oleh: Muhammad Zulifan


"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."
-- peribahasa .

Mungkin peribahasa itu tepat untuk menggambarkan kondisi keberjamaahan kita. Kedirian kita telah sedikit banyak terkonstruk pada satu mainstream tertentu. Mulai dari hal-hal yang besar semisal paradigma sampai hal kecil semisal ciri fisik.

Ciri fisik (pemampilan) seseorang sering merupakan representasi jamaah (baca: harokah ) yang ia geluti. Sampai-sampai pilihan celana dan warna hijab bisa menggambarkan seluruh kedirian seseorang, mulai dari prinsip-prinsipnya tentang kehidupan hingga gambaran aktivitasnya sehari-hari. Begitu juga tentang alur berfikir . Dalam konteks jamaah (baca
: Harokah) sering alur berfikir atau paradigma seseorang senantiasa mewakili jamaahnya. Yang terakhir inilah yang ingin saya bahas.

MAINSTREAM ITU

Fenomena umum, seorang aktivis HT senantiasa istiqomah dengan pemikirannya yang tidak jauh dari satu kata keramat “Khilafah”. Apapun kasusnya, ujung-ujungnya adalah Khilafah. Ketika ada kasus penjara mewah, komennya tegakkan khilafah, ada kasus korupsi, komennya tegakkan khilafah, dan
mungkin jika ada percekcokan suami istri maka mereka akan berkomentar tegakkan khilafah, itu solusinya.

Lain lagi aktivis ikhwan, mereka lebih suka pada jurus pamungkas “membina” dan slogan “Palestina danYahudi”. Ketika target dakwah tidak tercapai atau gagal, komen mereka adalah: “ini karena banyak ihwan yang tidak membina”. Ketika kasus Namru atau flu babi mencuat, mereka berkomentar ini rekayasa AS dan Yahudi. Ketika Hamas dan Fatah tidak bersatu, dikatakan Fatah telah bersekongkol dengan Yahudi. Hingga mereka melupakan faktor internal umat Islam yang sulit bersatu. Yahudi seolah begitu kuatnya hingga bisa melakukan apapun di dunia ini.

Sedangkan ikhwan salaf, apapun permasalah bangsa ini yang rumit, mau ada korupsi, kemiskinan, kejahatan, komennya tidak jauh dari : laksanakanlah
sunnah, tinggalkan bid’ah, maka Islam akan tegak dengan sendirinya
. Tidak perlu yang namaya harokah dan tanzim dakwah apalagi sampai ikut berpolitik.

BERFIKIR LEBIH KOMPREHENSIF

Entah mengapa umat Islam kini menyukai budaya simple dan enggan berfikir lebih rumit dan detail. Mungin itu pengaruh budaya post modern kini.

Simplifikasi masalah bangsa pada satu muara; belum tegakkanya khilafah, menjadikan anggota jamaah tersilap untuk memikirkan hal-hal yang lebih rumit, akibat pola pikir yang terlalu simple tadi. Ide kreatif menjadi beku karena adanya semacam chine wall dalam alur berfikir tiap anggota. Bagaimana berpartisipasi mengihslah negara, ishlah sistem birokrasinya, sistem sistem
politik hingga sistem militernya. Semua itu butuh kajian yang tidak simple. Bila mereka memberikan solusi, itupun sebatas solusi normatif yang amat sangat sulit konteks implementasinya ke dalam Indonesia kini. Pemikiran simple inilah yang mematikan potensi kader. Nampaknya untuk ini, HT harus terbuka pada pemikiran bahwa untuk menegakkan Al-Islam, tidak harus mendirikan negara Islam; kuasai hukumnya, undang-undangnya, ekonominya, pendidikannya, birokratnya, militernya, pers medianya, maka Islam akan tegak dengan sendirinya.

Selanjutnya, pemikiran fatalis yang mengarahkan segala kerusakan di dunia ini adalah karena rekayasa Yahudi membawa akibat umat tidak dewasa. Aktivis dakwah kurang berfikir dengan kajian yang lebih luas dan komprehensif. Contoh Kasus Namru. Saya sepakat bahwa lembaga ini harus hengkang dari bumi Indonesia. Namun, kajian atasnya jangan hanya berhenti pada statemen bahwa
Namru adalah rekayasa Yahudi dan AS untuk menghancurkan Indonesia. Terbukalah pada sudut pandang lain. Dari sudut pandang ketarahan nasional misalnya, bahwa sebuah negara (dalam hal ini AS) wajib melindungi rakyatnya dari segala ancaman. Apalagi sebagai negara terbuka, AS di kunjungi oleh orang dari seluruh dunia tiap harinya. Menjadi kewajiban pemerintah untuk mewaspadai virus-virus yang akan membahayakan negaranya. Karena itu didirikanlah lembaga riset di seluruh dunia. Dan begitulah juga seharusnya sikap Indonesia ketika menjadi negara super power dan pusat peradaban dunia nanti.

Juga masalah pemberian bantuan dana terorisme untuk POLRI. Ini adalah upaya pencegahan negara (sekali lagi dalam konteks AS) dari dampak negatif teroris. Sebagaimana kita ketahui, stabilitas kemanan akan berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi, terkait iklim investasi dll. Karenanya, ketika POLRI menangkap Imam Samudera, Nurdin M Top dan kawan-kawan, jangan hanya dilihat dari sudut pandang bahwa itu pesanan AS, tapi sebagai sebuah negara yang butuh stabilitas kemanan, langkah itu sangat perlu dilakukan. Bahwa ada misi yahudi, iya. Tapi perlu diingat pula bahwa semua militer (intel) di dunia ini juga melakukan misi tertentu, termasuk penyusupan organ
intel pada setiap Kedubes di penjuru dunia yang juga dilakukan oleh Indonesia.

Masalah Palestina, selalu yang disalahkan Yahudi. Padahal kritik internal sangat perlu dilakukan. Yang ada, aktivis kampus lebih banyak fanatik dengan gerakan Hamas, tanpa mau mengkaji lebih lanjut kelemahan strategi yang selama ini dilakukannya. Nyatanya, Hamas belum mampu menyatukan gerakan perlawaan Palestina. Strategi ikut Pemilu dan menangnya Hamas juga tidak berdampak banyak pada Palestina yang lebih baik. Nyatanya, kini Palestina --sebagai entitas muslim-- terpecah. Dengan kondisi terpecah, amat sulit bagi
Palestina mendapat dukungan dunia Internasional.

Lebih susah lagi pemikiran yang menganggap semua masalah akan selesai dengan kita melaksanakan sunnah dan meninggalkan bidah, hingga acuh tak acuh pada permasalahan umat kontemporer, cukup taat dengan Pemerintah (meskipun tidak dipilih berdasar prinsip Syuro), jangan protes terhadapnya apalagi berdemonstrasi. Mereka telah lupa bahwa mengishlah negara, berpolitik (termasuk berperang dan persiapannya ) adalah bagian dari sunnah yang Rasul ajarkan juga.

LONCAT MAINSTREAM, MUNGKINKAH?

Melihat Fenomena aktivis dakwah di kampus, nampaknya sulit bagi anggota jamaah untuk bisa melampaui pemikiran mainstream jamaah. Ada semacam lingkaran imaginer yang membatasi. Hal ini merupakan konsekuensi logis berjamaah dengan tuntutan harus selalu taat pada satu pilihan fiqh, di tengah pilihan fiqh yang lain yang mungkin dipilih. Pada tataran akar rumput, ketaatan kadang menjadikan potensi mereka jadi tidak berkembang. Menunggu taklimat dan perintah adalah budaya sehari-hari. Lama-kelamaan, ketaatan yang tidak terkelola dengan baik, apalagi tidak diimbangi dengan pemahaman atas gerakan yang dinamis, menimbulkan perpecahan seperti dialami banyak harokah. Adanya HDI dan FKP adalah salah satu contohnya.

Habit anggota selama ini yang tidak memungkinkan adanya pandangan yang luas. Bacaan aktivis HT tidak jauh dari buku karya Taqiyuddin An-Nabhani atau buku lain tentang khilafah dan Daulah. Sedangkan bacaan ikhwan tidak jauh dari buku-buku karangan Hasan Al-banna, Sayid Qutb, dan Yusuf Qardhawi, atau buku-buku ulama IM lainnya. Sedangkan Salafi setia (dan cenderung fanatik) pada bacaan karya-karya Syaikh Al-albani dan Syaikh Bin Baz. Ditambah forum kajian yang hanya mengundang ustadz dari harokahnya masing-masing, maka lengkap sudah faktor untuk menjadikan seseorang tertuju pada fanatisme harokah.

Yang susah, alur berfikir linear sejalan mainstream harokah ini sering menjadikan sesorang sulit untuk bersikap terbuka, bahkan yang lebih parah amat susah untuk menerima pemikiran ataupun sekedar pembahasan dari harokah yang berbeda.

KHATIMAH..

Bukan hal yang salah untuk setia pada mainstream harokah, tapi harusnya setiap anggota tidak menutup diri pada solusi harokah lain. Adanya cita-cita menegakkan Islam di bumi Indonesia itu tidak cukup dengan alur berfiir yang simple-simple semacam itu. Perlu kedalaman kajian multidsiplin ilmu (bio,sosio, psiko, eco, hankam) hingga masyarakat indonesia mampu mencernanya.
Atau jika tidak, cita-cita itu hanya akan jadi simbol-simbol usang.

Karenanya, sikap terbuka pada tawaran solusi atau ijtihad harokah lain nampaknya harus dibuka lebar-lebar. Bagaimanapun, tidak ada jamaah (baca: harokah) yang sempurna. Masing-masing jamaah punya kelebihan dan kekurangan
. Sesekali cobalah berfikir di luar mainstream harokah masing-masing karena dakwah tak selebar harokahmu saja...

4 comments:

  1. abinehanafi said...:

    bkn isu baru dlm diskursus ttg upaya percepatan kebangkitan islam mlalui join antar jama'ah dengan paling tdk dua pertimbangan yaitu menggabungkan kelebihan masing2 jama'ah untuk dirangkai mjd sbuah kekuatan bersama yg dahsyat dan jg utk menghilangkan ashobiyah krn memang diantara penyakit kita adalah ashobiyah thd jama'ah sendiri. namun krn blm berjln sbgaiman yg dihrapkan, mk konsep tasamuh menjadi alternatif solusi awal bagi hubungan antar harakoh, krn pd hakekatnya smua harokah sdg berlomba di hadapan Allah swt untuk menunjukkan siapa yang paling amanah dan paling siap untuk menerima tugas memimpin umat kembali menuju kejayaan spt pd masa Rasulullah saw dan para sahabat radiyallahum ajma'in.
    namun jg tdk bijak kalo kmd menyalahkan ijtihad masing2 jama'ah terkait konsep dan pola gerakan mrk. karena ijtihad selama dilakukan orang yang tepat dan dengan metodologi yang pas mrp mata air peradaban yang tidak akan pernah kering. ataupun jg menafikan sama skali keterlibatan zionis dlm berbagai hal yg terkait dg penistaan, pelecehan n pembantaian umat Islam.
    jgn smp seprti para pengasong pluralisme yang awalnya menyalhkan fanatisme semua pemeluk agama thd agamanya masing2 nmun ujung2nya mrk sendiri akhirnya berubah menjadi agama baru yg mrs dirinya paling benar dibandingkan yang lain padhal justru sdg tersesat n jauh dr rahmat Allah swt. so.... never ending struggle for Islam.

  1. Dimas P. Putra said...:

    numpang baca ya mas, klo bisa tambahkan arti katanya didalam kurung mas biar orang awam seperti saya bisa mengerti.
    misalnya khilafah (artinya).thx mas buat infonya.... by dimas
    Lifestyle Inspiration

  1. dog collar said...:

    wah info yang menarik nih, thanks banget nih atas info yang di berikan

  1. Thanks a lot for a bunch of good tips. I look forward to reading more on the topic in the future. Keep up the good work! This blog is going to be great resource. Love reading it.

Post a Comment

It is my pleasure to get your best respond through your comment

Quotes of the Day

Recent Comments

Followers

Shev's bookshelf: read

OutliersKetika Cinta Bertasbih5 cmLaskar PelangiSang PemimpiEdensor

More of Shev's books »
Shev Save's  book recommendations, reviews, favorite quotes, book clubs, book trivia, book lists