Jangan bersikap tawadhu dan rendah hati
‘bila kerendahhatianmu jadi alasan untuk mundur dari kompetisi
Jangan pernah ingin mengalah
bila hanya kamuflase untuk bersembunyi dari kelemahan jiwamu
Bumi ini gelora api yg berkobar dan debu yg berserak
mendekatlah pada api spirit
nyalakan hati yg lemah
penuhilah kalbumu dg kemarahan
marah karena malas
marah karena tak pernah dewasa
marah karena lemah hati
marah karena tidak marah
melihat kemajuan
sedang kita selalu dalam kemunduran
Menjauhlah dari debu yg berserak
karena debu tak pernah ciptakan sejarah
karena debu adalah sampah
yg selalu diinjak-injak waktu
Tawadhulah di saat kemenangan
karena saat itu
kau bagai sedang berdiri
di antara gunung dan ngarai
terus naik ke puncak berikutnya
atau meluncur ke ngarai yg terjal
Menangislah di saat kalah
karena air matamu akan jadi saksi
bahwa dirimu tak menghendaki kekalahan itu
bahwa dirimu tak ingin jadi serpihan arang
bahwa dirimu juga memimpikan gelora api kemenangan
bahwa dirimu ingin sekali ‘bertobat’
bertobat untuk tidak lagi berkubang
dalam lumpur kemalasan
dalam genangan perilaku tiada guna
dalam lilitan kelemahan jiwa
Pemuda itu cahaya
dan api yg menyala
yg dapat menerangi kegelapan
asa dan harapan
Pemuda itu pelopor
pembawa obor masa depan
penggerak nurani tua yg gersang
Pemuda itu Enerjik
dinamis
gelisah
selalu bergeliat
tak sabar akan waktu yg lambat
marah pada kondisi stagnan
yg tak berubah
karena perubahan bukti harapan
karena kemajuan tanda kedinamisan
karena kediaman adalah kematian
walau jasad bergerak
walau jantung berdegup
tapi jiwamu mati
dan liang kuburmu
adalah dirimu sendiri
OMC, 1 Desember 2004
a massage from one of my friends
Ketika saya mengikuti suatu training yg diadakan sekolah saya dalam rangka perpisahan, ad satu hal yg sangat membekas d hati saya. Saat itu sang trainer bertanya, "WHICH ONE ARE YOU, I HAVE TO LEARN or I CHOOSE TO LEARN?" Dan teman" saya pun terbagi menjadi dua bagian yaitu antara I HAVE TO LEARN dgn I CHOOSE TO LEARN. Sebagian besar dari teman" saya masuk k kelompok I have to Learn.
Pada dasarnya, pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yg simple namun jawaban dari pertanyaan tersebut menggambarkan mindset dari org tersebut. Ketika org menjawab I HAVE TO (something) maka dalam pikiran org tersebut melakukan pekerjaan tersebut adalah suatu keharusan. Dan dia tidak memiliki pilihan yg laen selain melakukan pekerjaan tersebut (saya mengambil contoh belajar [learn]). Pada akhirnya org dg mindset I HAVE TO akan membebani pikirannya sendiri. Maka ketika dia tidak melakukan pekerjaan tersebut, dia akan merasa sangat terbebani.
Berbeda dengan I HAVE TO, I CHOOSE TO menggambarkan mindset seorang yg dewasa. Karena ketika dia memilih I CHOOSE TO, hal itu berarti ad bnyak pilihan" yg ad d luar dia. Namun dia tetap memilih pekerjaan yg ingin dia lakukan (belajar contohnya). Dia memilih pekerjaan tersebut bukan karena org tua menyuruh. Bukan pula karena keadaan memaksa dia untuk melakukan pekerjaan tersebut. Akan tetapi dia melakukan pekerjaan tersebut karena dia tahu ap yg dia lakukan beserta konsekuensinya.
Dari pertanyaan trainer tersebut, saya jd berpikir. Betapa banyak org" d skitar qt yg cenderung melakukan sesuatu karena keharusan. Entah keharusan yg d sebabkan oleh org tua, lingkungan, maupun hal yg laennya. Akibatnya qt bs lihat betapa bnyak org yg harus kuliah karena org tua. Harus Kerja karena punya keluarga. Atau hal" yg lainnya. Dampaknya pun bs terasa. Ketika kuliah dapet nilai jelek dan tidak dapat mengikuti mata kuliah yg diajarkan maka dia akan menyalahkan org tua yg telah membuat dia masuk k jurusan tsb. Pun ketika seseorang yg merasa harus kerja karena punya keluarga. Pada saat dia capek dan letih, dia akan menyalahkan keluarganya yg telah membuat dia bekerja. Tapi bukan berarti saya menganjurka untuk tidak bekerja, kuliah, dsb. Namun saya ingin menekankan bahwa apapun yg qt jalani saat ini adalah PILIHAN qt. Bukan paksaan dari org laen. Sehingga ketika qt menjalani pilihan tersebut dan mendapatkan konsekuensinya (baek ato buruk) qt harus siap. Tanpa menyalahkan linkungan, org laen, bahkan mungkin ALLAH. SO,,WHICH ONE DO YOU PREFER?? ^^
Hari ini, 20 mei 2008,adalah satu abad Kebangkitan Nasional. Pada 20 mei 1908, Boedi Oetomo lahir. Organisasi tersebut merupakan perkumpulan pemuda ygsaat itu membayangkan masa depan kaum bumi putera yang mandiri. Bebas dari penjajahan
Kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah. Setiap saat sejarah tersebut dibuka kembali. Dipelajari. Dipahami. Setelah itu, ia dijadikan inspirasi dan semangat pada setiap babak berikutnya perjalanan bangsa ini untuk mewujudkan cita-cita hidup berbangsa yg lebih bermartabat. Terminologi bermartabat memang sarat muatan aspirasi. Bahkan sarat interpretasi. Tetapi maknanya kurang lebih serupa. Menginginkan bangsa Indonesia yg eksis. Mandiri. Berkembang. Dan dalam perkembangan itu, sejajar dengan martabat bangsa" lain, baik bangsa yg telah lebih dahulu maju maupun bangsa yg sedang menggapai kemajuan. Kapankah itu?
Persoalan itu justru disini. Bangsa ini dipahami sulit bangkit. Susah berkembang. Sulit berdiri sejajar dengan martabat bangsa-bangsa lain. Banyak pula interpretasi mengenai kesulitan bangkit. Satu diantara interpretasi itu ialah tidak memiliki harga diri. Banyak negara yg mungkin kemajuan ekonominya belum setinggi langit. Banyak pula yg penguasaan ilmu dan teknologi belum maju. Toh, mereka punya martabat.
Lantas, apa sesungguhnya esensi martabat yg dibayangkan, diharapkan, dan diinginkan menjadi entitas perjalanan perjalanan bangsa ini? Kemandirian dan peradaban nasionalisme. Kehormatan sebagai bangsa untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa dan negara maan pun.
Kritik barangkali akan jarang terlontar andaikata pengelola negara mampu mengeksiskan bangsa -melalui pemerintahan yg dijalankan- sehingga mampu menahan serbuan kepentingan-kepentingan ekonomi, budaya, dan politik kekuatan global. Siapa saja kekuatan global itu? Bisa negara besar, kecil, atau negara tetangga. Bisa pula kekuatan korporasi besar mancanegara. Bisa pula kekuatan budaya besar yg hegemonik.
Kenyatannya, bangsa ni -melalui pemerintah sebagai pengelola negara- dalam banyak hal terdesak dan terus terdesak pada posisi yg tereksploitasi. Dalam posisi seperti itu, yg tampak dan terasakan ialah "pemerasan" sumber daya nasional yg mengakibatkan qt tidak berdaya. pada arah seperti itu pula qt merasakan tak lagi px martabat.
Peringatan stu abad Kebangkitan Nasional hari ini, 20 mei 2008, memunculkan otokritik terhadap marginalisasi ekonomi, budaya, politik, bahkan peradaban bangsa Indonesia. Intinya ialah bagaimana dan darimana bangsa ini mesti bangkit bukan sekadar untuk lebih berkemajuan, melainkan juga dapat memiliki kehormatan dan harga diri.
Pada akhirnya, klo misalnya qt blm bisa menjadi bangsa kaya raya yg bermartabat, apakah tdk bisa jg bangsa ini -kalaulah tetap miskin- tetap px martabat? ayolah bangkit bangsaQ..!!!
Jawa pos, 20 Mei 2008
Akhir-akhir ini timbul wacana yang sedang hangat d perdebatkan d masyarakat. Yaitu pentingnya kenaekan BBM. Hal ini d picu oleh pernyataan presiden dan wapres bahwa BBM akan naek skitar awal juni. Alasan dari pemerintah adalah bahwa harga minyak yg trus naek (hingga menembus $100 per barel) dapat mengakibatkan APBN jebol. Cz APBN yg sudah d revisi hanya d peruntukkan untuk harga minyak max $90 per barel.
Namun sejalan dengan itu,,,banyak pengamat yg mengemukakan bahwa pada dasarnya APBN qt msh surplus skitar 70 trilyun rupiah (fantastis bkn?). Tentu para pengamat tersebut tidak asal bicara dalam membeberkan fakta tersebut. Mereka mendapatkan hasil tersebut setelah menghitung dgn cermat harga minyak skrg dengan produksi minyak indonesia serta kebutuhan yg diperuntukkan bagi rakyat. Dan pada akhir penghitungan mereka mendapatkan hasil tersebut. Surplus 70 trilyun rupiah. Sekali lagi ni bukan nominal yg kecil. Cz jgnkn pegang duit 1 trilyun. 1 milyar aj aq blon pernah. :-)
Pemerintah sbg pihak eksekutif tentu lebih mengetahui ttg penghitungan" ini. Nah,,klo pada akhirnya pemerintah tetap menaekkan harga BBM itu merupakan suatu hal yg patut d pertanyakan. Atas dasar apakah BBM d naekkan??
Ketika pemerintah mengambil alasan bahwa BBM d naekkan agar subsidi yg ada lebih bs d arahkan kpd pihak yg membutuhkan (baca: org miskin),,,maka seharusnya pemerintah jg berpikir bahwa ketika menaekkan BBM dan menggantinya dgn BLT itu tidak akan berdampak secara signifikan terhadap pengurangan jumlah orang miskin d Indonesia. Hal ini d karenakan BBM yg naek tidak akan dapat d beli oleh warga menengah k bwh. Padahal seperti yg telah qt lihat jumlah kendaraan bermotor d Indonesia selalu bertambah dari tahun k tahun. Bahkan tidak sedikit warga miskin yg menopangkan hidupnya pada kendaraan milik mereka. Atas dasar itu pula aq jd bertanya",,,APAKAH BBM MUTLAK PERLU D NAEKKAN??