Apr 11, 2011 |
0
comments
Salah satu dari beberapa nasihat abi saya yang masih saya ingat adalah perbedaan antara orang mulia dan orang biasa.
Apa yang dianggap biasa dilakukan oleh orang biasa, boleh jadi dianggap tercela jika dilakukan oleh orang yang mulia
Sebagian besar manusia ketika menganggap seseorang sebagai sosok yg mulia (atau jika dia belum sampai ke taraf mulia, anggap saja lebih baik dari kebanyakan orang) maka tidak mengharapkan adanya cela terhadap sosok tersebut. Sekalipun tak ada manusia yang tanpa cela.
Berkaca dari pengakuan salah seorang anggota DPR yang ketahuan membuka video porno, yang jadi masalah bukanlah apakah beliau sengaja atau 'tidak' sengaja untuk membuka video tersebut. Akan tetapi kapasitas beliau sebagai salah seorang kader dari partai yang mengaku sebagai bersih ini. Apapun alasan beliau, agaknya akan sulit bagi masyarakat untuk 'memaafkan' beliau. Pun jikalau 'termaafkan', stigma partai tempat beliau bernaung sudah tercoreng. Untuk kader partai, hal-hal seperti ini 'mungkin' tidak menggoyahkan keyakinan mereka untuk setia kepada partai. Akan tetapi bagaimana dengan pandangan orang awam? Apa yang mereka ketahui akan selalu berdasarkan informasi yang beredar di media. Maka bukan salah mereka jika nanti yang tertanam di dalam pikiran mereka adalah hal-hal semacam ini:
Ternyata semua partai sama saja ya. 'Bersih' itu hanya self-proclaimed.
Atau yang lebih menusuk lagi:
Orang yang katanya islami ternyata suka nonton video porno. Apa bedanya dengan orang biasa?
Dan saya yakin hampir seratus persen, sama yakinnya dengan ketika program saya sudah bug-free, bahwa itu yang kebanyakan orang pikirkan saat ini. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? Well, saya bukanlah seorang yang cukup mulia untuk menasihati para asatidz di partai tersebut, hanya saja saya ingin mengulang kembali apa yang abi saya sampaikan di awal:
Apa yang dianggap biasa dilakukan oleh orang biasa, boleh jadi dianggap tercela jika dilakukan oleh orang yang mulia
Hal inilah yang harus dicamkan terhadap setiap kader partai tersebut, apalagi yang bukan kader 'grass-root'. Begitu Anda memutuskan bergabung dengan partai itu, berarti Anda harus sudah siap untuk 'dicap' sebagai orang mulia. Tolong berhenti berpikir bahwa apapun yang Anda lakukan itu adalah hak Anda. Sebaliknya, tolong pikirkan apa dampak atau efek jika Anda melakukan suatu hal. Jika Allah tidak cukup membuat Anda takut, cukup Anda ingat dampak dari perbuatan Anda untuk anak-anak Anda. Tidakkah mereka malu melihat bapaknya dicap sebagai seorang yang porno? Yang korup? Apabila itu tidak cukup membuat Anda sadar, maka saya meragukan niat Anda ketika masuk ke partai tersebut. Atau malah niat sebagian besar kader dari partai tersebut.
Kuala Lumpur, 11 April 2011
Di sela-sela waktu break lunch
----
[+] Untuk informasi, yang bersangkutan sudah mengundurkan diri. Dan saya salut kali ini. Semoga menjadi pelajaran bagi beliau.
Labels:
Indonesia,
My Society in My Opinion
0 comments:
Post a Comment
It is my pleasure to get your best respond through your comment