Words of the Week

For what it's worth, it's never to late, or in my case, too early, to be whoever you want to be.
There is no time limit, start whenever you want.
You can change or stay the same.
There are no rules to this thing.
We can make the best or the worst of it.
I hope you make the best of it.
And I hope you see things that startle you.
I hope you feel things you never felt before.
I hope you meet people with a different point of view.
I hope you live a life you're proud of.
If you find that you're not, I hope you have the strength to start all over again.



-- Benjamin Button

Cara Ampuh Menggulingkan Pemerintahan

berhubung hari ini adalah hari "evaluasi" kinerja setahun pemerintahan sby-budiono
oleh mahasiswa se-indonesia, ane jadi pengen memberi masukan.

hehehe...

diterima sukur... ga juga ga papa, berarti emang ga bisa masuk.
(punya ane kegedean kali, jadi ga bisa masuk. :hammer: )

jadi gini, klo yg ane denger c.....
ada perkumpulan B*M Seluruh indonesia yg katanya ingin mengingatkan apa yg terlupakan oleh pemerintah indonesia, dalam aksinya tepat tanggal 20/10/2010.

tapi, koq ada pihak2 yang...
yah.. ntah itu mahasiswa atau bukan, menginginkan pemerintahan sekarang untuk digulingkan, turunkan presiden yang kata mereka lenjeh, lada-lede, itu... hhmmm....

nih ya.....klo boleh ane menyarankan, klo mo menurunkan pemerintahan, nih caranya....

hihihihi....

caranya adalah,,,,

buat supaya mereka tidak punya arti lagi untuk kita.

maksudnya?

ya.... klo pengen presidennya lengser, coba buat keadaan yg menegaskan bahwa kita ga butuh dia.
kita bisa sejahtera tanpa dia.

klo pengen pemerintahannya turun, bikin keadaan yg menegaskan, tanpa pemerintahan mereka, kita bisa lebih tentram.

caranya?

ya coba lah, lakukan sesuatu yg bisa menegaskan, bahwa kita bertanggung jawab atas kesejahteraan kita sendiri.
ga usah menyerahkan kesejahteraan kita di tangan orang lain.
kya ga punya kemampuan aja.

udah lah, ga usah nunggu pemerintah buat buka lapangan pekerjaan, coba bikin lapangan kerja sendiri, bikin ekonomi yg sukses tanpa bantuan pemerintah.
klo udah pada kerja semua, buat apa ada pemerintah, toh semua bisa kerja. bubarkan aja pemerintah. gitu kan?

ga usah nunggu pemerintah memberantas korupsi, kita coba ga usah nyontek, kerja jujur, etika dijaga, semua berjalan tanpa korupsi.
lalu buat apa ada pemerintah, tanpa mereka toh bisa bebas korupsi.

bubarkan aja mereka, gitu kan?

ga usah nunggu presiden ngurus ini itu, kita turun tangan aja ngurus ini itu, klo semua bisa terurus, buat apa ada presiden? ha? lengserkan aja dia. gitu kan?

kalau pengen menyingkirkan seseorang,
ya bikin keadaan, dimana kita tetap senang tanpa dia.
kita ga butuh dia.

ya sama kya orang pacaran lah...
klo pengen co/ce kita nyingkir,ya bikin keadaan dimana kita bisa tetap senang tanpa ada dia.
toh mau ada dia atau ga ada dia, sama aja.
daripada buang duit buat ngedate, putus aja.
toh tetep seneng aja tuh. wkwkw

makanya klo mo awet, bikin keadaan biar dia ga bisa tanpa kita.
caranya?
beri perhatian lebih, sampai titik dimana dia ga bisa tanpa perhatian kita.
jangan sampe dia bisa seneng walaupun tanpa kita.
kasih perhatian terus mpe dia ga bisa lupa ma kita.

memberi, bukan meminta.

ya sama, pemerintahan juga gitu.
presiden juga gitu.
jangan terus kita meminta, minta dan minta.

ah, percuma....

coba, bikin keadaan kita bisa senang tanpa mereka.
sejahtera tanpa mereka. makmur tanpa bantuan pemerintah.
nah klo dah gitu, daripada bayar gaji pemerintahan
yg ga pengaruh juga buat kita, udah kaya c...
ya lengserkan aja.

nah klo sekarang masih kekurangan, mau makan masih mikir harga, kos-kosan cari yg murah walaupun ukuran 2x2 m, cita-cita jadi pns yg ada pensiunnya...
bensin masih minta subsidi...

halah.... ga usah muluk2 dah....

klo dah bisa menyejahterakan diri sendiri, mandiri tanpa bantuan pemerintah,
baru, silahkan maju sana....gulingkan mereka yg ga ada gunanya.


metode jadul koq masih dipake aja.
melengserkan pemerintah pake cara menggalang massa,
demonstrasi ngepung gedung pemerintah.
itu 1998 bung, sekarang 2008 eh malah 2010.
masa 12 thn belajar ga ada perkembangan? ga ada kemajuan? wkwkw
selama ini belajar apa lo pada? hahaha

katanya.. mahasiswa..... wkwkwkw

(tom_ si orang gila, semoga bermanfaat)

taken from here

Que Sera Sera



When I was just a little girl,
I asked my mother, 'What will I be?
'Will I be pretty?
'Will I be rich?'
Here's what she said to me:

'Que sera, sera,
'Whatever will be, will be;
'The future's not ours to see.
'Que sera, sera,
'What will be, will be.'

When I was just a little boy,
I asked my mother, 'What will I be?
'Will I be handsome?
'Will I be rich?'
Here's what she said to me:

'Que sera, sera,
'Whatever will be, will be;
'The future's not ours to see.
'Que sera, sera,
'Whatever will be, will be.

There are times when I am so scared about the future. The same thing happened to me for previous days, I was so scared of this trimester. I was afraid I couldnt finish my project well. I was afraid that there would be at least one subject to resit. If that happens, I have to extend for another one year to graduate. During night time, when everybody was sleeping, I kept thinking about those things. Thinking what I should do and how I prevent such things happen. But i still concern whether what if all of the plans are screwed up. All of those days, I just thought about 'what if'. It's yesterday when I saw the advertisement above and realized that I shouldnt have to bother about what the future will be. Que Sera Sera. Whatever will be, will be. If I am able to get what I plan so far, then so be it. It's not my job to predict the future. It's Allah's. All I need to do now is do the best. And how about what will happen next? I just let Allah handle the rest. He knows the best for my future though. And dont forget that He will send angels descend upon them who pray to Him as He said in these verses:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ (٣٠) نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ‌ۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِىٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (٣١)

Lo! those who say: Our Lord is Allah, and afterward are upright, the angels descend upon them, saying: Fear not nor grieve, but hear good tidings of the paradise which ye are promised. (30) We are your protecting friends in the life of the world and in the Hereafter. There ye will have (all) that your souls desire, and there ye will have (all) for which ye pray. (31) -- QS. Fussilat : 30-31

When I feel down or am scared of something which is yet to happen, then I just need to read this post again. So that I am aware that thinking of those stuffs are just a waste.

Labels: ,

Kening Hitam

Kening Hitam


Penulis : Zaenal Radar T.



Kau tentu pernah bertemu dengan lelaki berkening hitam. Hitam tidak secara keseluruhan, melainkan hanya pada bagian kening tengah atas di antara dua alis, persis dibawah ujung rambut bagian depan. Tepatnya, bagian kening yang digunakan untuk mencium sajadah setiap kali solat.

Apa yang kau pikirkan ketika melihat lelaki berkening hitam seperti itu ? Tentu kau akan berkesimpulan, bahwa lelaki tersebut adalah lelaki yang alim, lelaki yang rajin mencium sajadah, lelaki yang tak pernah meninggalkan solat lima waktu, lelaki yang rajin bangun malam-malam untuk tahajud dikala orang lain molor di tempat tidur.

Lelaki berkening hitam tidak hanya ditemukan di masjid-masjid. Kau bisa menemukan di kampus, di kantor, pasar tradisional, kantor pos, bahkan mungkin di mal-mal. Bisa jadi dia seorang dosen, kyai, mahasiswa, pedagang, sopir angkutan kota, atau profesi lainnya.

Dan tahukah kau, malam ini, Markum, seorang pelajar berotak pas-pasan sebuah SMA swasta di Jakarta, saat ini tengah memikirkan keningnya yang tidak hitam. Markum bingung luar biasa. Bukan apa-apa, belakangan ini dia tak pernah meninggalkan solat lima waktu. Dia selalu mengerjakan solat sunat, baik sunat bakdiah maupun sunat qobliah. Bahkan, setiap kali solat, Markum sengaja menekan-nekan bagian ujung keningnya supaya bisa hitam. Namun, tetap saja tidak pernah menjadi hitam.

Kau tentu paham maksudnya. Markum ingin sekali punya kening hitam, seperti kening lelaki berkening hitam yang ia temukan di berbagai tempat. Keinginan punya kening hitam ini bermula ketika ia bertemu dengan seorang gadis bernama Elliza. Elliza adalah gadis cantik berkerudung, putri tunggal seorang guru agama di sekolahnya. Hanya saja, Elliza bersekolah di ibtidaiyah.

Pertemuan Markum dengan Elliza terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu Markum mengantar Pak Habiburahman Saerozi, guru pendidikan agama Islam lulusan Mesir yang tak lain wali kelasnya, pulang dari mengajar. Pak Habib menyuruh Markum mampir sebentar untuk minum.

Markum, dengan senang menuruti kemauan Pak Habib yang baik hati. Saat itulah Markum melihat Elliza, yang membawa minuman untuknya. Pak Habib pun memperkenalkan Markum pada putrinya itu, dan juga keponakan laki-lakinya, serta istrinya. Istri Pak Habib perempuan Mesir. Berwajah Arab dengan hidungnya yang mancung. Wajah Elliza mirip sekali dengan ibunya.

Saat bertemu itulah Markum merasa tertarik ingin menjadikan Elliza seorang teman dekat. Tetapi tentu tidak mudah mewujudkan keinginannya itu. Markum pun melakukan berbagai usaha. Di antaranya adalah, menjadi cowok yang alim. Cowok yang tekun ibadah.

Kau tentu sulit membedakan, siapakah di antara anak-anak lelaki yang rajin ibadah atau tidak? Dan Markum berkesimpulan, bahwa lelaki yang bisa disebut alim adalah lelaki yang rajin solat. Lalu, bisakah orang lain menentukan apakah seorang cowok seperti dirinya rajin solat atau tidak. Hmmm… lihat saja keningnya!

Markum selalu membayangkan seandainya keningnya bisa menjadi hitam, seperti seoarang lelaki yang rajin solat. Pak Habib, guru agamanya yang sangat baik hati itu, keningnya hitam. Keponakan laki-laki Pak Habib, keningnya juga agak hitam. Kenapa kening Markum tidak bisa hitam?

Selain berkening hitam, masih menurut Markum, lelaki yang bisa dicirikan sebagai orang alim, adalah lelaki yang berjenggot. Tetapi janggut Markum tak tumbuh jenggot. Licin. Seperti kepala profesor yang botak. Seandainya jenggotnya lebat, ditambah lagi keningnya menghitam, oh… Markum pasti akan senang sekali. Sayang beribu-ribu sayang, semua itu hanya mimpi.

Untuk mewujudkan keinginannya, Markum pun berencana melakukan berbagai cara. Salah satunya, setiap malam, Markum akan menempelkan jidatnya di lantai, dengan kedua kaki berada di posisi atas, menempel di tembok. Namun untuk melakukannya tidak semudah yang dibayangkan. Masalahnya, orang-orang rumah selalu iseng bertanya padanya, mengapa ia melakukan hal itu.

”Bang Markum, Abang lagi ngapain?” tanya salah satu adiknya, ketika Markum mulai menempelkan keningnya di lantai, dengan posisi kedua kaki menempel di dinding.

Markum pun menjawab, bahwa ia sedang olahraga senam.

”Senam apa?!!”

Senam apa? Markum jadi bingung. Tapi Markum tidak hilang akal, ”Ini namanya senam keseimbangan!” jawabnya kemudian. Adiknya yang bertanya mengangguk-angguk. Di kemudian hari, setiap kali Markum melakukan hal yang sama, yakni ’senam keseimbangan’ itu, adiknya latah ikut-ikutan.

Setelah kurang lebih dua minggu melakukan kegiatan seperti itu, tidak disangka-sangka, kening adiknya menjadi hitam! Boleh jadi, kening itu sering menempel di lantai, menjadi tumpuan beban tubuhnya yang berada di atas saat melakukan gerakan senam asal-asalan itu.

Meskipun begitu, tidak bagi Markum. Kening Markum ya tetap begitu-begitu saja. Tidak hitam sama sekali seperti kening adiknya. Mengetahui keningnya menjadi hitam, adiknya menjadi marah pada Markum.

”Bang, ini kening Markam kok jadi item?” protes Markam, adiknya Markum.

”Salah kamu sendiri! Kenapa ikut-ikutan senam itu?”

”Wah, gimana dong, Bang? Markam jadi malu nih…”

”Biarkan saja. Nanti juga hilang sendiri!”

Benar saja, setelah tidak lagi melakukan senam itu, kening Markam tidak jadi hitam. Tapi aneh bagi Markum, meskipun masih melanjutkan gerakan-gerakan senam itu keningnya masih juga belum hitam.

Suatu malam, saat tengah sendirian di kamarnya, Markum pun menatap keningnya di cermin, sambil tangannya memegang pisau dapur. Apakah yang hendak Markum lakukan??!

”Kenapa keningku masih tetap nggak bisa hitam?” tanya Markum pada dirinya sendiri.

Markum meraba-raba ujung keningnya itu, membayangkan seandainya bisa menjadi hitam. Lalu ia tatap pisau di tangan kanannya, dan menempelkannya di kening. Rupanya, Markum berniat untuk melukai keningnya dengan pisau, agar menjadi luka. Dengan begitu, kemungkinan kening menjadi hitam bisa terwujud dari luka keningnya nanti. Demikian pikir Markum.

Belum sempat melukai keningnya, Ibunya membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, membuat Markum terkejut.

”Markum! Kamu lagi ngapain?”

”Eee… eee….” Markum gugup. Ibunya menatap pisau dapur di tangan Markum dengan tatapan menyelidik.

”Bu, Markum lagi mencukur jenggot…” ucap Markum kemudian, sambil mengarahkan bagian pisau yang tajam ke dagunya. Ibunya bertambah bingung.

”Cukur jenggot? Memangnya kamu punya jenggot?!”

”Baru mulai tumbuh, Bu.”

”Kalau kamu mau mencukur jenggot, kenapa nggak pakai cukur jenggot Ayah?”

Markum terdiam, lalu menurunkan pisaunya.

”Tunggu sebentar ya, akan Ibu ambilkan.”

Ibu Markum keluar. Tak lama kemudian ibu Markum sudah kembali sambil memberikan alat cukur pada Markum. Setelah itu ibu Markum keluar lagi. Markum memegangi alat cukur jenggot itu, lalu menatap wajahnya di cermin sambil menempelkan cukur jenggot ke dagunya. Apa yang akan ia cukur, sementara dagunya tak tumbuh jenggot?

Pekan berikutnya, ketika keningnya masih belum bisa jadi hitam, Markum mendapat undangan dari Pak Habib. Pak Habib mengundang Markum berkenaan perpisahan Pak Habib yang sudah tidak lagi mengajar di sekolah Markum. Pak Habib pindah mengajar di sekolah lain.

Ini merupakan kesempatan emas buat Markum. Markum merasa menjadi sangat terhormat. Markum tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Sebelum berangkat ke rumah Pak Habib, Markum mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Pikir Markum, di rumah Pak Habib nanti, Markum tidak hanya bertemu dengan Pak Habib saja. Ada istrinya, sepupunya, dan tentu saja putrinya yang cantik, Elliza!

Markum berpikir keras bagaimana ia bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Aha! Markum punya akal. Markum yakin usahanya kali ini tidak akan gagal, yakni bagaimana membuat keningnya menjadi hitam. Kening seorang laki-laki alim. Markum meraih spidol di meja belajarnya. Dengan gerakan yang sangat hati-hati, Markum memoles keningnya dengan spidol itu. Hitam!!

Kini kening Markum benar-benar hitam, layaknya kening laki-laki yang rajin solat! Dengan bangga, Markum pun segera berangkat ke rumah Pak Habib. Tak peduli orang-orang di rumah pada keheranan, Markum dengan percaya diri siap menghadapi undangan Pak Habib dan keluarganya.

Di rumah Pak Habib, Markum disambut dengan ramah. Menurut Markum, keluarga Pak Habib tidak bersikap aneh seperti orang-orang di rumahnya, soal keningnya yang hitam. Markum duduk di dekat Pak Habib, di antara sepupu Pak Habib, istrinya, dan Elliza. Mereka bercakap-cakap seputar kehidupan dan kegiatan masing-masing.

“Keluarga Pak Habib sekarang sudah tahu, bila keningku ini hitam,” ucap Markum dalam hati, ketika tengah bersama-sama keluarga Pak Habib.

Betapa bangganya Markum, memperlihatkan keningnya yang hitam di depan Pak Habib sekeluarga. Pasti Pak Habib dan keluarga sekarang tahu, bahwa dirinya lelaki yang alim, karena berkening hitam.

Menjelang maghrib, sebelum makan malam, Pak Habib mengajak semua orang untuk solat maghrib. Dengan semangat empat lima, Markum bangkit dan segera mengambil air wudlu. Ini pertama kalinya bagi Markum, solat berjamaah dengan keluarga Pak Habib.

Saat selesai mengambil wudlu, Markum merasakan sesuatu yang aneh. Air di lantai kamar mandi menjadi hitam. Markum mendapati telapak tangannya juga hitam. Markum menatap wajahnya di cermin kamar mandi, dan keningnya yang tadi hitam perlahan luntur. Markum mengusap keningnya. Tidak lagi hitam!

Markum pusing, karena saat itu ia tidak akan mampu mengembalikan hitam di keningnya. Markum kebingungan. Bila kau menjadi Markum, tentu kau juga akan bingung. Tapi aku yakin, kau tentu tak akan bertindak sebodoh Markum.

Dan tahukah kau, siapakah Markum sesungguhnya? Markum tak lain adalah aku!

Mengingat kejadian itu, aku suka tersenyum sendiri. Aku tidak mau menceritakan bagaimana sikap Pak Habib dan keluarganya waktu itu, setelah melihat aku tak lagi berkening hitam. Aku malu menceritakannya.

Kau tak perlu risau, sekarang aku sadar. Aku tak harus berkening hitam. Tetapi aku semakin rajin solat. Hanya Tuhan yang tahu. Tanpa ada tanda-tanda pada diriku, atau terlihat oleh manusia lainnya, bahwa aku lelaki yang sering mencium sajadah, baik siang maupun tengah malam.

Pamulang Barat, Banten, 22 Maret 2006.





Diambil dari Majalah Annida, No. 12/XV/15 Agustus – 15 September 2006.

Sekarang aku tau, hal yang paling bikin bete buat seorang penulis itu saat banyak yang mau ditulis tapi tidak bisa menuliskan hal-hal tersebut. Ya sama seperti apa yang akhir-akhir ini aku alami. I got many ideas in my head yet I won't be able to write it down. Not that I didn't want to, it's just when I want to write those stuffs, I had other things to do as well. Akibatnya ya gak ada update sejak akhir september lalu. Padahal ada banyak hal yang menarik buat dibahas. Mulai dari pengalaman idul fitri bareng verde (he taught me lessons), SBI yang menuai protes, and so on. Tapi tadi ada hal menarik yang bikin aku posting juga. It is the article above. I copied it from someone's note in facebook. I dont know her though.

Back to the article, kening hitam memang salah satu tolak ukur yang umum digunakan oleh orang dalam menilai tingkat keimanan. Banyak yang beranggapan kalau dengan kening hitam, maka itu berarti dia rajin tahajud, sholat 5 waktu gak pernah bolong, puasa, alim, dsb. It makes sense and it happened to me. Sewaktu di high school, secara 'tidak sengaja' keningku menghitam. Well, itu berakibat banyak orang yang menganggapku terlalu tinggi (read: alim). To be honest, aku gak sealim itu. Okelah klo dalam masalah sholat 5 waktu gak pernah bolong. Tapi dalam hal lain? Tahajud aja masih males-malesan. Ngaji masih jarang. Pada saat itulah aku mulai berpikir bahwa kening hitam itu burden. Tentu saja, burden bagi mereka yang merasa dengan adanya hal itu akan mengganggu keikhlasan mereka beribadah. For me, aku lebih memilih tidak diketahui oleh orang lain apakah aku rajin ibadah atau tidak. Karena aku tau, bagiku hal itu bisa mengganggu niat dan tujuan dari ibadah itu sendiri. Biarlah hanya Allah saja yang tau tentang kedekatan aku dan Dia.


*teringat dengan salah seorang teman semasa junior high school yang begitu ngebet ingin punya dahi hitam. sama seperti di artikel di atas, dia menggunakan cara-cara konyol hanya untuk menghitamkan dahi. well, remember him during that time, I am smiling.

Labels: ,

Quotes of the Day

Recent Comments

Followers

Shev's bookshelf: read

OutliersKetika Cinta Bertasbih5 cmLaskar PelangiSang PemimpiEdensor

More of Shev's books »
Shev Save's  book recommendations, reviews, favorite quotes, book clubs, book trivia, book lists